Gaharu Terbaru: Dari Tembok Ratapan Sampai Bintang Laut Stella Maris

RUBRIK: PERJALANAN

Dalam rangkaian perjalanan ke Yerusalem, saya tak boleh lupa berbagi pengalaman sejenak berkunjung ke Tembok Ratapan (Wailing Wall). Tembok Ratapan adalah tempat yang penting dan dianggap suci oleh orang Yahudi. Ini adalah sisa dinding Bait Suci di Yerusalem yang dibangun oleh Raja Herodes.

Bait Suci itu hancur ketika orang-orang Yahudi memberontak kepada kerajaan Romawi pada tahun 70 Masehi. Panjang tembok ini aslinya sekitar 485 meter, dan sekarang sisanya hanyalah 60 meter.

Orang Yahudi percaya bahwa tembok ini tidak ikut hancur sebab di situlah berdiam “Shekinah” atau kehadiran ilahi. Jadi, berdoa di situ sama artinya dengan berdoa kepada Tuhan.

Tembok ini dulunya dikenal hanya sebagai Tembok Barat, tetapi kini disebut “Tembok Ratapan” karena di situ orang Yahudi berdoa dan meratapi dosa-dosa mereka dengan penuh penyesalan.

Selain mengucapkan doa-doa, orang Yahudi juga meletakkan doa mereka ditulis pada sepotong kertas yang disisipkan pada celah-celah dinding itu.

Dinding ini dibagi dua dengan sebuah pagar pemisah (mechitza) untuk memisahkan laki-laki dan perempuan. Orang Yahudi Ortodoks percaya bahwa mereka tidak boleh berdoa bersama-sama dengan kaum perempuan.

Meninggalkan Tembok Ratapan, kami berpapasan arak-arakan seperti ‘penganten sunat’. Mereka bernyanyi, “Havenu Shalom Alechem,” Kubawa Berita Sejahtera.

“Itu adalah perayaan akil balik dalam tradisi Yahudi. Anak usia 13 tahun sudah dianggap dewasa dengan menyelesaikan pembacaan Kitab Taurat pertama,” jelas Jeries Farah, pemandu wisata yang melihat kami melongo menyaksikan keriuhan itu.

Di Israel pula kami berkunjung ke ordo tertua di dunia ini. Karmelite. Gunung Karmel di Haifa ini jadi saksi “pertempuran” antara Nabi Elia melawan 400 nabi penyembah Baal di bawah asuhan Raja Ahab dan Permaisuri Izebel.

Kami berdoa di sini. Gereja Stella Maris. Artinya, bintang samudera. Awal nama itu dari kemunculan awan kecil di laut saat Elia memohon hujan bagi Israel. Selanjutnya, Stella Maris menjadi perlambang Bunda Maria.

Maria dianggap sebagai pembimbing dan pelindung mereka yang bekerja atau berlayar di laut, membuatnya menerima julukan ‘Ratu Kami Sang Bintang Samudera’.

Sang Bunda pun diangkat sebagai pelindung misi-misi Katolik bagi para pelaut, kerasulan di laut, dan membuat banyak gereja-gereja di tepi/dekat pantai diberi nama Stella Maris atau Maria Sang Bintang Samudera.

Ada Rumah Sakit Stella Maris di Makassar, salah satu kota bahari terdepan di Indonesia. Ada pula Gereja Stella Maris Paroki Pluit, Jakarta Utara. Di Surabaya, juga kota pelabuhan, ada pula SMA Stella Maris di kawasan Indrapura, tak jauh dari Tanjung Perak. Cantik-cantik muridnya.

Tempat ini juga didirikan untuk menghormati Santo Yohanes Salib, Pastor Karmel asal Spanyol. Ia terkenal dengan paradoks “melalui tanpa apa-apa orang sampai pada memiliki segala-galanya”, Yohanes menunjukkan radikalisme “nada” – jalan kelepasan untuk mencapai kesempurnaan.

Santo Yohanes Salib terkenal dengan kata-katanya, “Nada, nada, nada… segalanya harus dilepas demi cinta kepada Tuhan “.

Perjalanan sore itu berakhir di kota Kaisarea. Mampir foto di akuaduk, mahakarya infrastruktur berusia dua ribu tahun lebih. Letaknya di tepi Laut Tengah. Fungsinya, jadi aliran air di atas jembatan batu sepanjang 11 kilometer, dari Gunung Karmel ke Kota Kaisarea. Kota tempat Petrus bertemu Kornelius dan mendapat penglihatan kantong berisi hewan-hewan haram tergantung di atas langit.

Bangsa Romawi membangun banyak akuaduk untuk membawa air bersih yang sering kali bersumber dari tempat yang jauh dari kota, yang digunakan untuk mensuplai pemandian umum, toilet, air mancur dan rumah-rumah pribadi. Akuaduk juga menyediakan air bagi operasional tambang, penggilingan, pertanian dan taman-taman.

Saluran air memindahkan air melalui gravitasi saja, dengan sedikit kemiringan ke bawah di dalam saluran dari batu, batu bata atau beton. Sebagian besar saluran terkubur di bawah tanah, dan mengikuti medan kontur tanah; puncak perbukitan yang menghalangi dielakkan atau, lebih sering, dialihkan melalui terowongan.

Bekas reruntuhan akuaduk memberikan tampilan sangat eksotis berupa hamparan tembok di tepi pantai dengan lubang-lubang berbentuk kubah setengah lingkaran di sisi bagian bawahnya.

Infrastruktur ini dibuat saat Pelabuhan Yudea di Kaisarea  sangat kekurangan air bersih sehingga Kaisar Herodes memerintahkan membangun akuaduk agar dapat mengalirkan air bersih dari daerah Shuni. Pada akhirnya, pembangun anakuaduk diperluas karena semakin tingginya kebutuhan akan air bersih pada saat itu.

Sungguh luar biasa orang-orang Israel era Romawi ini pada zamannya membangun infrastruktur megah…

Leave a Reply

Your email address will not be published.