Daging rusa. Pernah merasakan kenyalnya?
“Selamat datang di kota rusa,” sapa Wahidah, perempuan asal Bugis yang sudah lama menetap di ujung timur Indonesia dan jadi karyawan RRI Merauke.
Kota rusa? Batinku. Gak berlebihan, neh…
Tapi, pagi itu tak lama usai mendarat di Bandara Mopah dan masuk ke Swiss-belhotel Merauke, saya menjumpai menu ‘daging rusa’ di antara deretan buffet yang ada. Saya menciduknya, memakannya. Kenyal, nikmat. Hotel ini juga menawarkan dendeng rusa seharga Rp 110 ribu per bungkus.
Bukan kali pertama, memang. Awal bulan lalu, saat singgah di Bandara Siboru Fakfak, Papua Barat, juga ada panci berisi daging rusa, menggoda iman membatalkan intermittent fasting.

Kompas pernah menulis, Kabupaten Merauke yang merupakan ibu kota Provinsi Papua Selatan dikenal memiliki julukan sebagai Kota Rusa. Ternyata julukan tersebut disematkan kepada Kabupaten Merauke karena rusa mudah ditemukan dan banyak berkeliaran di alam bebas. Uniknya, rusa-rusa yang ada di Merauke bukan merupakan hewan endemik.
Dilansir dari buku Dari Merauke (2017) yang ditulis F. Rahardi, rusa-rusa di Merauke datang setelah Asisten Residen Ambon, van Kroessen dengan kapal uap van Goens memasuki Sungai Maro dan mendarat di Ermasu pada 21 Februari 1902. Selain membawa membangun sebuah koloni baru, pada tahun 1908 ketika Pemerintah Hindia Belanda kembali mendatangkan orang-orang Jawa dan orang-orang Timor dari Pulau Rote ke Merauke, mereka juga diminta membawa rusa timor (Rusa timorensis timorensis) untuk dilepaskan di sabana Wasur. Karena rumput yang melimpah dan tak ada predator, rusa timor ini menjadi cepat sekali berkembang biak dan menyebar ke kawasan lain di Papua Selatan.

Masyarakat setempat memang banyak yang mengkonsumsi daging rusa. Berbagai kuliner dari olahan daging rusa bisa ditemukan di wilayah ini, seperti sate rusa. Sate rusa ini menjadi kuliner yang tidak kalah enaknya dengan kuliner dari daerah lain. Mencari sate rusa juga tidak sulit sebab banyak warung-warung makan dengan tenda di Kota Merauke yang menyajikan kuliner tersebut. Yang tidak kalah menarik adalah sajian bakso daging rusa, yang tentunya akan sulit ditemukan di daerah lain. Di wilayah yang berada di tepi sungai Maro ini, olahan daging rusa tentunya diburu wisatawan untuk dibawa sebagai oleh-oleh khas Merauke. Ada abon rusa yang kerap dibawa wisatawan untuk oleh-oleh sepulangnya dari Merauke. Selain itu, oleh-oleh khas Merauke yang juga menjadi favorit wisatawan adalah dendeng daging rusa.
Saya pun menemukan rusa-rusa di kebon binatang mini Freed and George Garden, dan juga di kawasan perbatasan Sota, tak jauh dari Taman Nasional Wasur. Hewan bertanduk khas itu berkelana di antara Indonesia dan Papua Nugini.


