Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
Untuk menjadi pembicara publik yang andal dibutuhkan suara mantap dan keras. Tapi, itu bukan harga mati.
Tentu pidato Bung Tomo yang sangat terkenal menjelang ‘peperangan’ 10 November 1945 ini sudah pernah Anda dengar. Di Tugu Pahlawan, Surabaya, bahkan ada rekaman suaranya yang dapat diputar berulang-ulang.
Saya tergolong telat membaca buku kedua dari seri triloginya Ahmad Fuadi. Tapi, tetap saja menghadirkan inspirasi luar biasa.
Dua mantra yang menjadi intisari Negeri 5 Menara dan Ranah 3 Menara memberi makna kuat bagi perjalanan setiap orang yang mendamba kesuksesan dan berangkat dari titik nol penderitaan. Setelah ‘man jadda wajada’ –siapa yang berusaha dengan sungguh-sungguh akan berhasil- menjadi kekuatan di novel pertama, kemudian muncul ‘mantra’ kedua: man shabara zhafira, siapa yang sabar akan beruntung.
Dua lembaga keagamaan besar berbeda pendapat soal hukuman mati.
Surat menolak hukuman mati dari Mark ‘Barney’ Greenway, personel Napalm Death. Untuk Jokowi, sang penggear musik rock.
Dalam sebuah kebun, tak semua bunga harus berwarna merah. Dalam demokrasi, berbeda pendapat itu biasa. Menjelang rencana eksekusi hukuman mati kloter kedua oleh Kejaksaan Agung di Nusa Kambangan, Jawa Tengah, suara-suara pro dan kontra hukuman mati bermunculan. Yang mendukung antara lain Komisi Nasional Perlindungan Anak, dan Gerakan Anti Narkotika. Yang menolak, di antaranya kelompok pegiat hak asasi manusia, termasuk Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras).
Keahlian seorang public relations bisa diukur dari bagaimana kemampuan dia menangani krisis.
Twit bermasalah dari yang mengaku manajemen Lion Air. Dibantah dan dibawa ke ranah hukum.
Kamis (26/2) petang pekan lalu, dunia media sosial heboh karena cuitan dari akun bernama @OfficialLionAir, yang memiliki lebih dari 2.500 pengikut. Dalam kicauannya, akun bergambar maskapai berlogo singa tersebut menuliskan, “Tweeps dalam penerbangan kalian pilih mana? Kena delay atau ngga pernah sampai?” Dalam hitungan sekon, reaksi netizen bermunculan mengkritik dan bahkan memaki cuitan itu. Mantan anggota DPR dan pengamat penerbangan @alvinlie21 berkomentar, “Tdk pernah terbayang akan ada airlines ngetwit & berargumen sprti ini. Speechless.”
Dua laga berturut-turut di Liga Primer, Coutinho membuat gol spektakuler. Kehadirannya menjadi ‘energizer’ khusus bagi The Reds.
Konon, untuk jadi pemain yang sukses dan dicintai pendukung Liverpool di era kekinian, syaratnya sederhana: pemain itu harus pernah bermain di Gelora Bung Karno, Jakarta, dan bikin gol di rumput Senayan. Setidaknya, Luis Suarez dan Philippe Coutinho membuktikan joke itu.
Ahok adalah simbol perlawanan terhadap korupsi dan praktek main-main anggaran. Jabatan tak lagi dianggapnya penting.
Bak Will Smith yang berjalan sendirian dalam film I am Legend, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tak pernah ambil pusing. Ia pun tak pernah takut saat 95 dari 106 anggota DPRD DKI Jakarta menandatangani hak angket untuk menjatuhkan dirinya. Bagi Ahok, perjuangannya melawan ‘dana siluman’ alias dana rekayasa DPRD Rp 12,1 triliun –dari total APBD DKI Rp 73 triliun- rupiah lebih penting daripada mempertahankan jabatan gubernur.
Sebagaimana dikutip Tempo, Ahok membeberkan dana-dana yang besarannya tak masuk akal itu, antara lain:
– Pengadaan buku trilogi Ahok: Nekad Demi Rakyat Rp10 miliar
– Pengadaan buku trilogi Ahok: dari belitung menuju istana Rp10 miliar
– Pengadaan buku trilogi Ahok: Tionghoa Keturunan Ku Indonesia Negara ku membangun Rp10 miliar
Merdeka.com – Jakarta hari ini hujan deras, banjir pun terjadi di mana-mana. Beberapa daerah, seperti di Kelapa Gading, Jakarta Utara lumpuh total.
Di stasiun televisi, kita menyaksikan para reporter berjibaku dengan liputan banjir. Mereka menyiarkan secara langsung di tengah derasnya hujan dan kubangan air banjir, dengan menggunakan mantel.
* dimodifikasi dari repost tulisan 30 Januari 2014
Hari ini, Papa semestinya berulangtahun ke-60. Tahun lalu, Papa mengakhiri pertandingan dengan baik, mencapai garis akhir, dan telah memelihara iman. Papa mengajarkan banyak hal: loyalitas, ketekunan, dan kepasrahan pada Sang Kuasa.
Papa, pertama naik pesawat. Menuju Jakarta, 2003.
Hari ini, Facebook mengingatkan daftar ‘teman’ yang berulangtahun: 27 Februari 2015. Salah satunya, Papa. Pak Sugeng, ayah tercinta saya, kelahiran Magetan, Jawa Timur, pada 1955. Setahun lalu, tepat sebulan sebelum hari jadinya ke-59, Papa meninggalkan dunia yang fana ini.
Papa menyelesaikan perjuangannya, setelah dirawat intensif tak sampai 2 x 24 jam di Rumah Sakit Bakti Dharma Husada dan RSUD Dr Soetomo, Surabaya. Penyakit gula alias kencing manis yang kian mengganas, membuat beberapa kondisi bagian tubuh luar dan dalam Papa memburuk.
Sejumlah nama siap mengisi posisi baru pucuk pimpinan BIN. Siapa dipilih presiden?
Asad Said Ali, Wakil Ketua Umum PBNU. Kandidat kuat Kepala BIN?
Empat purnama sudah Joko Widodo menjadi presiden republik ini. Ada 34 menteri sudah ditunjuknya. Begitu pula untuk posisi penting lain: Sekretaris Kabinet, Kepala Staf Kepresidenan, Jaksa Agung, dan Kapolri –yang ini kepastiannya masih menunggu usai DPR reses bulan depan. Tapi, untuk posisi Kepala Badan Intelijen Negara, posisi Letnan Jenderal (Purnawirawan) Marciano Norman belum juga diutak-utik.
Marciano, pria kelahiran Banjarmasin 61 tahun silam, merupakan kepala telik sandi pilihan Susilo Bambang Yudhoyono. Sebelum menggantikan Jenderal Polisi (Purn.) Sutanto sebagai Kepala BIN pada Oktober 2011, perwira kavaleri itu punya rekam jejak sebagai Komandan Pasukan Pengamanan Presiden sejak 2008 hingga 2010.