Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Berhati-hatilah terhadap Istilah Asing

Liputan Monique bisa dibilang sempurna. Cadelnya tertutupi rasa percaya diri nan amat tinggi. Perhatikan persoalan bahasa.

Dalam liputan kampanye Partai Gerindra saat tugas Ujian Tengah Semester, sudah tersampaikan pujian betapa Monique Fiolitha mampu menutupi bawaan cadel dalam dirinya menjadi laporan nan runut karena tingginya rasa kepercayaan diri.

Pun demikian pada tugas Ujian Akhir Semester ini. Monique tampil tenang dan menjalankan skenarionya saat liputan Hari Buruh di kawasan Sudirman-Thamrin. Mengambil banyak gambar cantik, serta mewawancarai Ilyas, seorang pekerja bank asing di Indonesia.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=pYaPn1P0lrw]

Continue reading “Berhati-hatilah terhadap Istilah Asing”

Mewawancarai Tokoh yang Sama, Bagaimana Menjadi Berbeda

Dalam sebuah even, tak jarang beberapa media ‘bergantian’ mewawancarai narasumber yang sama. Bagaimana menjadi berbeda, itulah tantangan seorang reporter untuk menunjukkan ‘diferensiasi’-nya.

Tak beda dengan liputan Arum Kusuma, pada unjuk rasa kali ini, Virny Apriliyanty ‘menggaet’ Nining Elitos sebagai narasumber untuk diwawancarai ‘on the spot’. Di dunia perburuhan, Ketua Umum Konfederasi KASBI (Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia), Nining Elitos termasuk ‘nama besar’. Sisi prominence-nya menarik, apalagi jika dikaitkan sisi gendernya. Di Indonesia, masih langka seorang perempuan menjadi sosok aktivis garis keras. Karena itu, mewawancarai pengunjukrasa wanita yang menjadi singa orasi macam Dita Indah Sari, Yeni Rosa Damayanti, Rieke Dyah Pitaloka, atau Nining ini, menjadikan sebuah liputan menjadi punya nilai tambah tersendiri.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=FGpoMksQBkw]

Continue reading “Mewawancarai Tokoh yang Sama, Bagaimana Menjadi Berbeda”

The Devil is in the Detail

Karya Arum cukup mantap. Kritiknya, ada di hal-hal kecil.

Tak sia-sia Arum Kusuma Dewi hadir liputan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia Jakarta mengenakan seragam khusus UMN TV. Ia tampil percaya diri, dan mengesankan sebagai reporter yang membanggakan almamaternya. Alat kerjanya bagus, juga cara berucap dalam membawakan laporan cukup tertata.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=DY-QUlf4T9w] Continue reading “The Devil is in the Detail”

Kalau Ada Video, Mengapa Pakai Foto?

Penggunaan tayangan still foto dalam liputan jurnalistik televisi, biasanya hanya digunakan dalam kondisi darurat.

Penasaran juga, apa yang menjadi ‘kebijakan redaksi’ Christina Djap, mengapa liputannya mengenai aksi Hari Buruh di kawasan Bundaran Hotel Indonesia banyak memakai foto (picture). Apakah karena ada kendala teknis pada videonya, atau alasan lain.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=Q6MXdDlph_s]

Continue reading “Kalau Ada Video, Mengapa Pakai Foto?”

Pilih Satu Angle, dan ‘Bermainlah’ di Situ

Banyak pilihan sudut pandang dalam atau angle dalam sebuah liputan acara besar (big event). Di situlah seorang reporter dituntut jeli memilih salah satu angle terbaik.

Masuk ke sebuah acara besar yang diikuti ribuan orang seperti aksi May Day atau Hari Buruh, ibarat masuk ke pasar swalayan superstore, dengan pilihan barang belanjaan bisa diambil. Namanya juga retail, barang apa saja bisa ada di sana. Kalau salah fokus, bisa-bisa troli bawaan kita akan terisi barang-barang yang tak penting. Atau, karena memang sejak masuk superstore itu kita memang tak membawa catatan khusus mengenai barang belanjaan yang akan dibeli?

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=EfMp2F-9Bfw]

Continue reading “Pilih Satu Angle, dan ‘Bermainlah’ di Situ”

Sempurna dalam Segi ‘CG’

Penggunaan CG dalam tayangan liputan amat membantu pemirsa lebih menangkap pesan yang disampaikan reporter di lapangan.

Sering dalam evaluasi liputan mahasiswa –khususnya sisi pasca-produksi, saya menaruh perhatian besar pada karya yang kurang intens menampilkan CG. CG atau Character Generator hanya ada di jurnalistik televisi, ini istilah untuk teks atau keterangan di layar, yang menunjukkan poin-poin penting apa yang disampaikan reporter saat laporan live.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=kGxWBj5g9mM]

Continue reading “Sempurna dalam Segi ‘CG’”

Ketenangan, Kunci Laporan Live

Angelicha punya modal besar dalam liputan live: tenang dan emosi yang stabil

Kelebihan Angelicha Adonia Sambuaga dalam liputan live aksi demo buruh 1 Mei adalah ketenangannya. Ia tampil stabil, dengan mata menatap lurus ke kamera, tak terpengaruh situasi yang menjadi latarnya, atau suasana panas di sekitar Bundaran Hotel Indonesia, kawasan Thamrin tempat buruh berbondong-bondong menyuarakan aspirasinya.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=vgqhVWIUsw8]

Continue reading “Ketenangan, Kunci Laporan Live”

Musik Bernyawa dan Suara Menghentak

Beberapa orang memiliki kelebihan khusus dalam tekanan suara dan aksentuasinya yang kuat. Heri Ratu salah satunya.

Kekuatan liputan aksi unjuk rasa Hari Buruh 2014 ini ada pada musik pengantar paket yang sangat ‘bernyawa’.Ditambah parade visual yang menawan, musik latar yang kuat itu kian sempurna saat suara Heri masuk, memberi lead narasi paskah dengan dubbing nan menghentak. Menyaksikan paket liputan ini, dengan suara khas Heri sebagai pencerita, layaknya menyaksikan sandiwara radio saja.

 [youtube=http://www.youtube.com/watch?v=K0xtnlQodO0]

Continue reading “Musik Bernyawa dan Suara Menghentak”

Surat Terbuka Aliansi Jurnalis Independen tentang THR

Memasuki H-3 lebaran, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia mendapat laporan masih banyak jurnalis yang berstatus koresponden, kontributor, stringer yang bekerja di media nasional, daerah, serta internasional, belum mendapatkan hak sesuai UU Ketenagakerjaan dan Aturan Menteri Tenaga Kerja terkait Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan.

 

THRKepada Yth,

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Dewan Pers

Serikat Penerbit Surat Kabar

Asosiasi Televisi Swasta Indonesia

Asosiasi Televisi Lokal Indonesia

Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia

Media cetak, elektronik dan online

AJI menegaskan bahwa koresponden/kontributor/stringer harus diperlakukan SAMA haknya dengan karyawan. Pasal 59 UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan tidak mengkategorikan jurnalis sebagai golongan yang dapat dialihdayakan, tetapi mereka terlindungi ke dalam jenis Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), sehingga berhak atas THR, bukan bantuan yang besarannya ditentukan ala kadarnya oleh pemilik media atau manajemen perusahaan.

Continue reading “Surat Terbuka Aliansi Jurnalis Independen tentang THR”