Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
TANPA MOTIVASI JUARA / THE BLUES CHELSEA MELAKONI LAGA TERAKHIRNYA DI PENTAS LIGA INGGRIS MELAWAN TUAN RUMAH CARDIFF MINGGU MALAM //
SEMPAT KETINGGALAN DI PARUH PERMAINAN/ GOL ANDRE SCHURRLE DAN FERNANDO TORRES/ MENYELAMATKAN MUKA CHELSEA PADA PERTANDINGAN YANG MENGANTARKAN POIN CHELSEA MELEWATI ANGKA DELAPAN PULUH//
Saat reporter bersemangat dan ekspresif menyampaikan liputan live, itu kunci awal tayangan akan ditonton. Tapi kalau wajah dan suaranya begitu datar, tak salah jika remote control bertindak kejam pada karyanya.
Dalam live report, saat reporter menyajikan situasi di mana dia berada, dia menjadi wakil mata dan telinga bagi pemirsa, pendengar dan publik yang berada di kejauhan. Lupakan “kualitas” wajah, lupakan postur tubuh, lupakan semua yang menjadi hambatan. Karena semangat, dan aksentuasi yang jelas akan menutup berbagai kelemahan itu. Yang penting, message dan value-nya ter-deliver. Karena inti semua liputan dan karya jurnalisme hanya satu: agar jelas apa pesan yang disampaikan.
Meski dengan alat sederhana, video liputan ini punya nilai lebih: sisi pengambilan gambar yang berbeda. Dari atas.
Hanya beberapa detik, tapi liputan Nesya ini memiliki keunggulan dari liputan lainnya. Nesya mengambil insert visual yang sangat banyak. Cukup kaya ‘belanjaan’-nya untuk durasi liputan sepanjang 3 menit dan 1 detik.
Tak sekadar kaya gambar, visual-visual Nesa didapatnya dengan pendekatan berbeda. Gambar sisi luar Stadion Utama Gelora Bung Karno diambilnya dari atas. Begitupula gambar simpatisan yang menaiki tangga stadion sambil berteriak, “Geriiiindraaaa…”
Liputan live report yang jernih. Sayang terlalu pendek, dan tak jelas apa yang ditekankan.
Tesya Claudia Ariesta penuh percaya diri membawakan live report dari Stadion Utama Gelora Bung Karno. Gambarnya pun jelas, meski sempat ada headroom yang terpotong dan audio sempat hilang. Tesya membawakan kata-kata dengan lancar. Namun, keberanian dan aksennya yang khas memberi nilai plus, sayang tak ada narasumber atau simpatisan kampanye diajaknya ngobrol.
Kelebihan liputan ini: gambar tajam, pembawaan jelas. Kekurangannya: Visual monoton, dan headroom terpotong.
Eka Erviana Rachmawati membawakan liputan langsung kampanye Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dari pelataran Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sayang, sepanjang hampir 1 setengah menit laporannya, tampak monoton.
Mengenakan jas almamater, Eka terlihat lebih percaya diri di tengah panasnya Stadion Utama GBK yang dikepung ribuan simpatisan Hanura. Namun, semangatnya kurang diimbangi materi liputan maupun sisi teknis yang ‘bermasalah’. Tak ada narasumber atau peserta kampanye diajak ngobrol. Taka da CG keterangan menjelaskan situasi. Pun tak ada insert visual pendukung, kecuali hanya terfokus pada wajahnya.
Nasib jurnalis Indonesia masih amat memprihatinkan. Setidaknya itulah yang terpapar dalam Diskusi Publik ‘Keselamatan Kerja Jurnalis dan Kebebasan Pers, Tantangan dari dalam Lungkugan Kerja’.
Kisah pilu Andreas Wicaksono, mantan kontributor televisi yang keluar dari pekerjaannya sebagai jurnalis ini menjadi referensi, betapa tak terlindunginya pekerjaan ini. Ia berstatus stringer, alias pembantu koresponden sebuah stasiun televisi. Meliput unjuk rasa dan digebuki petugas keamanan hingga terluka dan alat kerjanya rusak. Perusahaan sempat menjanjikan kompensasi. Alih-alih ditepati, yang didapatinya hanya sepaket roti.
TINGGAL DUA PERTANDINGAN LIGA INGGRIS SEBELUM MUSIM BERAKHIR/ TAPI CHELSEA GAGAL MEMANFAATKAN PERTANDINGAN KANDANG MELAWAN TIM PAPAN BAWAH NORWICH CITY//
TURUN TANPA EDEN HAZARD YANG BARU SAJA PERANG KATA KATA MELAWAN PELATIH JOSE MOURINYO/ CHELSEA TAMPIL MANDUL//
KEPERKASAAN CHELSEA SAAT MENAKLUKKAN LIVERPOOL DI ANFIELD SEAKAN TAK BERBEKAS//
Kelebihan liputan Dwita Asri: bersemangat dan tersenyum. Kelemahannya: tak ada yang istimewa dalam ‘reportase live’ ini.
Dwita Asri Wibowo bersemangat sekali saat menjajal sebagai reporter televisi yang turun lapangan dalam liputan live kampanye Partai Gerakan Indonesia Raya di Gelora Bung Karno, Maret lalu. Mimik ekspresif, senyuman, dan tatapan tegasnya ke kamera menjadi modal besarnya saat menjadi reporter live di tengah kerumunan ribuan orang di stadion termegah di Indonesia ini.
Rabin Marselino Yarangga melaporkan kemeriahan kampanye Partai Nasdem.
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan liputan Rabin Yarangga dari kampanye Partai Nasdem di Serpong, Tangerang. Secara positif, Rabin berani mengambil liputan dengan blocking di depan panggung, berlatar kemeriahan kampanye. Audio maupun komposisi gambarnya pun cukup bagus, meski secara full tayangan tak menyertakan insert visual lain, untuk menunjukkan ‘belanjaan’ lain yang didapatnya.