Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
Pasca pemilu, berita yang paling ramai adalah soal caleg yang kecewa karena tak terpilih. Padahal modal yang keluar tidaklah sedikit.
Pileg alias pemilu legfislatif 2014 telah usai. Kini berita yang marak muncul di media yakni caleg-caleg kecewa karena perolehan suaranya tak sesuai harapan. Macam-macam saja ulahnya.
Anak-anak ikut kampanye, kerap jadi topik seksi liputan kampanye.
Partai Gerakan Indonesia Raya alias Gerindra menuai sukses besar pada kampanye akbarnya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Maret lalu. Tanda-tanda partai ini akan meraup suara banyak juga terlihat, meski mungkin tak sampai diperkirakan bisa tembus tiga besar, termasuk mengalahkan sang juara bertahan.
Bermodal maksimal, hasil yang diraih partai Hanura justru minimal. Tak ada surprise berarti dalam perolehan suara pemilu legislatif. Begitupula liputan kampanye ini. Seharusnya bisa menampilkan unsur “kejutan”.
Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) memiliki modal lebih dari cukup untuk sekadar melewati ambang batas parlemen 3,5 persen. Apalagi masuknya konglomerat sekaligus mogul media Hary Tanoesoedibjo ke partai bernomor sepuluh ini pada Februari 2013 menjadi suntikan kekuatan berarti. Ya finansial, ya pengaruh publik lewat kekuatan media. Berselang lima bulan, Hary Tanoe yang baru saja lompat dari Partai Nasdem pun didapuk menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) Hanura. Pada bulan Juli tahun lalu juga, pasangan Wiranto-Hary Tanoe dideklarasikan sebagai duet capres-cawapres dari partai ini. Hanura menjadi partai peserta pemilu satu-satunya, yang mengusung paket pemimpin eksekutif pada pemilu legislatif 9 April.
Menjadi tiga besar pemenang pemilu versi hitung cepat, tak salah Partai Gerindra pasang sikap “keep calm and smiling”.
Di antara spanduk yang ada di Stadion Utama Gelora Bung Karno saat kampanye Partai Gerakan Indonesia Raya Maret lalu, sebuah kain rentang tampil berbeda. “Tetap Tenang Tetap Senyum, Gerindra Pasti Meanng”, begitu tulisan yang menjadi latar Danielisa Putriadita saat stand-up di sela-sela orasi Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
Galau. Satu kata itu yang tepat untuk mendeskripsikan suasana hati partai banteng moncong putih. Perolehan suara tak sesuai proyeksi jadi masalahnya.
Target PDI-P menang tebal bersama Joko Widodo sebagai calon presiden urung terlaksana. Tertatih-tatih menyentuh 20 persen perolehan suara nasional, membuat PDI Perjuangan harus berpikir keras lagi untuk pencalonan capres, siapa koalisi yang digandeng, dan siapa calon wakil presidennya. Jum’at (11/4) malam, usai pertemuan mendadak dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Sukarnoputri, Jokowi menyatakan, pihaknya telah menginventarisir, setidaknya ada nama lima calon wakil presiden.
Sejak awal, partai ini tak terlalu ngotot menjagokan ikonnya sebagai calon presiden. Siapa sangka, kini Nasdem menjadi penentu bisa tidaknya PDI-P maju ke kontestasi pemilihan presiden.
Sejarah Nasdem diawali dari dibentuknya organisasi massa bernama Nasional Demokrat, yang menjadi rumah baru Surya Paloh setelah kalah dalam Munas Partai Golkar di Riau, 2009. Meski saat itu Paloh belum benar-benar keluar dari Partai Golkar, bayangan bahwa ormas ini bakal menjadi sebuah partai baru bukannya tak ada.
Svaradiva Anurdea Devi meliput kampanye Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno dan mewawancarai ‘wong cilik’ yang ada di sana.
Tugas liputan stand-up kampanye mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang ini lebih keren. Masih mengambil lokasi rapat akbar Partai Gerakan Indonesia Raya di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Diva mengambil sisi lain di sana.
Yehezkiel Filemon Septano memotret meriahnya kampanye Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno.
Pemilu legislatif sudah lewat. Perolehan suara via hitung cepat pun sudah kita ketahui, meski resminya data akhir baru bisa diketahui sebulan pasca Hari ‘H’ pencoblosan. Namun, dari quick count beberapa lembaga, hasilnya relatif sama. Yang patut dicatat, Partai Gerindra mencatat fenomena tersendiri, masuk 3 besar, melewati sang petahana Partai Demokrat. Dengan prediksi suara tembus persen, pencapaian ini jauh melampaui perolehan saat debut pemilu 5 tahun silam, yang ‘hanya’ meraup 4,4 persen suara nasional atau setara 26 kursi DPR.
Salah satu pendongkrak suara Gerindra bisa jadi dari rapat akbar di GBK Senayan, 23 Maret silam. Saat itu, ribuan kader partai berlogo kepala garuda ini meluberi stadion bersejarah yang dibangun untuk menyamput Asian Games 1962. Ikon partai, Prabowo Subianto, tampil eksentrik dengan turun dari helikopter, naik, jip dan menunggang kuda.
Pilihan video kelompok ini pada program dokumenter perjalanan. Asyik, meskipun tentu masih ada kekurangan.
Mereka memberi judul petualangan ini “Bro Traveller”. Sekelompok anak muda, yang mencoba menaklukkan Gunung Gede dalam sebuah perjalanan tak terlupakan.
Raki Ahmad, FauzanAzis, Muhammad Annas, Jordan Haekal, Adindityo Putra, Ryan Rizal, Jeane Felicia, Ebryan Ardi, Fajar Jufri, Muhamamad Iqbal, Romli Permana, dan Ismail Juliansyah, bahu-membahu mewujudkan kenanganini: kebersamaan bersejarah sekaligus proyek tugas akhir mata kuliah Editing & Pasca Produksi Televisi.
Ini juga kemasan program game show. Dari Taman Mini Indonesia Indah mereka mengemas kisah…
Juduln permaianan mereka ‘Cari Harta’. Mengambil setting lokasi di Taman Burung Taman Mini Indonesia, enam orang dalam kelompok Editing dan Pasca Produksi Televisi Universitas Multimedia Nusantara (UMN) ini mencoba mengemas permainan outdoor bernuansa lain. Riza ‘Anggi’ Annisa, Michael, Frederick, Stefanny Nadhia, Mona Kuntara, dan Tio Jerry menampilkan karya mereka dengan ekselen.
Permainan ini dibagi dalam tiga sesi. Babak pertama, dua tim, kelompok Merah dan Orange –masing-masing berisi dua orang harus memotret burung sesuai dengan nama yang ditentukan.