Sebuah mini novel yang memiliki multiguna: filosofi kehidupan, romansa, dan panduan destinasi perjalanan beserta kebudayaan lokalnya.
Diterbitkan 2013 oleh Bhuana Sastra BIP, fiksi karya Dini Novita Sari ini mengangkat kisah Lana, lajang, pekerja keras di ibukota, dan penyuka perjalanan yang mencari di mana hatinya tertambat.
Sesuai dengan niatnya membuat novel berbasis journey, bab-babnya terbagi menurut lokasi perjalanan. Diawali dari Bali, sebagai oase pelepas kepenatan dari pekerjaan di Jakarta. Di sini tip bepergian murah ditampilkan dengan sederhana: memesan tiket jauh-jauh hari, dijemput kenalan dari dunia maya yang belum pernah bersua sebelumnya, hingga memilih akomodasi dan tujuan wisata yang tak biasa.
Bali masa kini bukanlah mengunjungi pantai nan ramai, namun Bali sebenarnya adalah berjalan-jalan ke area persawahan dan menjadi satu, live in, dengan penduduk lokal. Di antara lompat-lompat titik-titik di Pulau Dewata inilah, kenangan imajinatif Lana tentang Dharma, cowok idaman yang menjadi fokus cerita namun tak pernah riil ditampilkan, bermula.
Setelah Bali dan kembali ke Jakarta barang “beberapa halaman”, Singapura menjadi tujuan berikutnya. Kadang perjalanan yang direstui semesta mempertemukan kita dengan kebetulan-kebetulan. Seperti kisah Lana yang tak menemukan tujuan akomodasi yang direncanakan, tapi malah berjumpa dengan kisah Paul yang kehilangan pasangan jiwanya. Paul yang menjadi penolongnya di bandara, sampai mereka bersama dalam perjalanan memecahkan misteri yang membuat Paul pergi dari Kanada menuju Asia Tenggara.
Mencari makna hidup
Petualangan selanjutnya adalah Korea. Kisah-kisah dramatis, berkelana dengan kawan hingga Busan, sampai berjumpa superstar boyband adalah sekuencenya. Dalam behind the book–nya, Dini tak malu mengakui, kalau ada sedikit unsur ‘ikut-ikutan’ tren, dan tren novel Korea –selain musik dan film- masih besar.
Bagian penting novel ini ada di Bromo, saat Lana mendapat jawaban tentang Dharma, sosok yang selama ini dicarinya. Perjalanan adalah peziarahan, dan di tengah peziarahan yang tak direncanakan itu kadang jadi tujuan. Namun, bagian terpenting dari kisah ini adalah keputusannya untuk career break, keluar dari tempatnya bekerja sebagai akuntan, dan memutuskan berjalan menurut kata hati.
Terlepas dari kekurangannya –beberapa bagian ceritanya nampak terlalu simple dan menyederhanakan kebetulan demi kebetulan- fiksi yang sebagian di dalamnya berbasiskan kisah nyata ini layak disimak sebagai bacaan ringan. Bicara tentang aneka tujuan dan perjalanan hidup, menyinggahi berbagai tempat demi berakhir pada kebebasan itu sendiri. Yang pasti, buku ini menarik, dan layak direkomendasikan, bukan semata karena penulisnya adik kandung saya sendiri.