Gereja Tatap Muka di Bumi Khatulistiwa

Lama tidak bergereja offline, kesempatan itu datang di Pontianak.

Tujuan ke Pontianak ini sebenarnya untuk menghadiri pelantikan Dewan Pimpinan Daerah Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPD GAMKI) Kalimantan Barat. Tapi, karena ada ajakan ke gereja, mengapa tidak?

Sabtu siang, mendarat di Bandara Supadio, ini kunjungan ketiga saya ke provinsi ini setelah dua kali ke Entikong era masih mengabdi di Kantor Staf Presiden. Langsung menuju Hotel Kapuas Palace, dan seluruh prosesi ibadah, pelantikan serta rapat kerja daerah kelar pada malam harinya. Beberapa jam jelang Liverpool lawan Arsenal yang main late kick-off.

Minggu bangun agak siang tentu saja. Mendekati jam 8 lah. Saat itulah, ada info, Fristianto Daud, Sekretaris DPD GAMKI Kalbar mengajak beribadah ke GPIB Siloam Pontianak.

Sebenarnya, di hotel tempat kami menginap, yang juga jadi lokasi acara GAMKI pada Sabtunya, ada dua gereja di sana. GAB Best Church, dan Bethany Yestoya.

Okelah, Minggu itu kami meluncur ke GPIB Siloam, tak sampai setengah jam perjalanan bermobil ke arah Jl Urip Sumoharjo dan Jl Kartini, di belakang Mall Matahari.

“Selamat datang, silakan ikuti pemeriksaan,” kata Yakub, penerima tamu di GPIB Silpon -begitu sapaam akrab nama gereja ini. Kami dicek suhu, mendapatkan nomor penanda kehadiran, serta cuci tangan dengan hand sanitizer.

“Sudah boleh beribadah dengan kapasitas 75 persen,” kata penerima tamu lain, perempuan.

Angka Covid sudah mereda. Pontianak sudah masuk Pemberlakuan Pembatasan  Kegiatan Masyarakat Level 2. Namun, ibu kota provinsi berjuluk ‘Bumi Khatulistiwa’ ini memberlakukan syarat berbeda dengan daerah lain. Untuk lalu lintas orang masuk melalui pesawat udara ke Bandara Internasional Supadio Pontianak, penumpang pesawat harus pakai tes tes swab polymerase chain reaction (PCR). Tak cukup antigen seperti lainnya.

“Untuk masuk ke Kalbar, melalui pesawar udara, masih memberlakukan Peraturan Gubernur Kalbar Nomor 75 Tahun 2021, yakni harus tes swab PCR,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Barat (Kalbar) Harisson.

Pukul 9.30 WIB ibadah dimulai. Ibu Pendeta Emmawati Rumampuk berjalan menuju altar bersama para presbiter, begitu GPIB menyebut istilah daikon atau majelis, mengenakan face shield.

“Firman Tuhan diambil dari Kisah Para Rasul 13:1-3. Sehati dalam doa dan kerja sama,” kata Emmawati Rumampuk, mengisahkan persahabatan dua pelayan Tuhan. Barnabas dan Saulus dalam pemberitaan Injil di Asia Kecil, sekitar kawasan Turki berbatasan dengan sebagian Eropa.

Sesuai standar gereja protestan, kebaktian berlangsung satu jam. Kami mengakhirinya tetap dengan menaati protokol kesehatan sesuai petunjuk yang ada di standing banner.

Terima kasih, Pontianak, untuk pengalaman bergereja online. Memberi kami kesegaran makanan rohani setelah sekian lama. Untuk makanan jasmani, kami lanjut ke Bakmie Kepiting Atie, yang tidak buka cabang di manapun, kecuali di Jalan Setia Budi, Pontianak.

Leave a Reply

Your email address will not be published.