Satu paket kunjungan lain di Yerusalem yakni ke rumah asal Bunda Maria. Sekaligus bertetangga dengan Kolam Bethesda.
Selasa, 28 Juni 2022, dalam trip terakhir sore hari sebelum masuk hotel, kami menuju dua lokasi yang terletak dalam satu kawasan. Rumah orangtua Maria, serta kolam Bethesda.
Jadi, dalam perjalanan kali ini, kami berkunjung ke tempat kediaman masa kecil Bunda Maria di Nazaret, tempat Maria melahirkan Yesus di Betlehem, dan ternyata rumah asal orangtuanya ada di Yerusalem. Belum nanti menengok lokasi pengungsian Maria, Yusuf, dan Yesus di Mesir. Sudah jadi gereja, tentu saja.
Bunda Maria adalah bundanya Tuhan Yesus. Tapi, siapakah bundanya Bunda Maria? Bahkan, Alkitab pun tak menuliskan nama ibu kandung Maria.
Jawabannya adalah Santa Anna. Sementara ayah Maria Bernama Santa Joachim atau Yoakim.
Salah satu gereja terbesar dengan arsitektur cantik di kota Yerusalem adalah Gereja St. Anna. Sesuai dengan namanya pembangunan gereja ini sebagai wujud penghormatan kepada Santa Anna dan Santa Joachim yang pernah tinggal di lokasi tersebut. Selain itu lokasi pembangunan gereja ini juga menjadi tempat kelahiran Bunda Maria yang tidak lain merupakan putri Santa Anna.
Gereja Santa Anna merupakan situs peninggalan era perang salib yang dibangun pada tahun 1142. Bagian bawahnya ada kapel yang dimanfaatkan sebagai tempat memperingati peristiwa lahirnya Bunda Maria. Interior bangunan gereja St. Anna terbuat dari batu yang keras dan akustik yang luar biasa bagusnya Bangunan ini menjadi contoh yang baik dari arsitektur abad pertengahan.
Karena gereja tersebut dirancang dengan akustik yang baik, maka di dalam gereja Santa Anna, para peserta tour biasanya bernyanyi bersama. Kualitas tata suara dalam gereja ini tiada duanya. Para peserta ziarah pasti penasaran untuk membuktikannya.
Maka kami, rombongan tur HolyGlobal dipimpin Romo Alfian Windy bersama menyanyikan, ‘Kami Memuji KebesaranMu’, dengan kompak di altar gereja itu. Sejak tahun 1878, Gereja Santa Anna dikelola oleh Misionaris Afrika, sebuah ordo Katolik, yang biasa disebut “Bapa Putih” karena warna jubah mereka.
St. Anna dan St. Yoakim hidup rukun, taat beribadah kepada Tuhan dan melakukan banyak perbuatan baik. Namun demikian, ada satu hal yang membuat mereka sedih; Tuhan belum memberi mereka seorang anak pun.
Selama bertahun-tahun, Anna memohon kepada Tuhan untuk memberinya anak. Ia berjanji untuk mempersembahkan anaknya itu kelak kepada Tuhan. Ketika sudah lanjut umurnya, Tuhan menjawab doa Anna dengan cara yang amat luar biasa, yang bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya.
Anak yang lahir bagi St. Yoakim dan St. Anna adalah Santa Perawan Maria Immaculata (Yang Dikandung Tanpa Dosa). Perempuan yang paling kudus di antara semua perempuan ini akan menjadi Bunda Allah.
Anna merawat Maria kecil dengan penuh kasih sayang selama beberapa tahun. Kemudian dipersembahkannya puterinya itu kepada Tuhan, seperti yang telah dijanjikannya. Maria tinggal di Bait Allah di Yerusalem.
Yoakim dan Anna melanjutkan kehidupan mereka dengan berdoa hingga tiba saatnya Tuhan memanggil mereka pulang ke rumah Bapa di surga. Umat Kristiani senantiasa menghormati St. Anna secara istimewa. Banyak gereja indah dibangun untuk menghormatinya.
St Yoakim dalam bahasa Inggris ditulis Joachim, Ibrani : יְהוֹיָקִים Yəhôyāqîm, Yunani Ἰωακείμ Iōākeím, bermakna “dia yang telah mendirikan YHWH” atau diartikan “persiapan bagi sang Juruselamat” .
St Yoakim digambarkan sebagai seorang pria kaya dan saleh, yang secara teratur memberikan kepada orang miskin dan kepada sinagoga di Sepforis, adalah kota yang terletak di bagian tengah kawasan Galilea, sekitar 6 kilometer di sebelah utara Nazaret, di wilayah Israel modern.
Kehidupan St. Anna saat muda tak jauh beda dengan gadis Israel dari kalangan rakyat biasa pada masanya. Gaya hidup Anna mencakup juga kerja keras. Rumah keluarga mereka sederhana, dengan atap datar, dan batu karang dari bebukitan menjadi tembok belakang rumah mereka.
Ia juga mempelajari Hukum (Taurat) dan kitab para nabi serta doa harian merupakan bagian dari tradisi keluarga mereka. Seperti banyak perempuan muda lainnya, Anna tentu mempunyai harapan untuk menikah, melahirkan anak, dan juga merindukan kedatangan Mesias yang akan menyelamatkan Israel.
Tradisi mengatakan bahwa orang tua dari Santa Perawan Maria, pertama kali tinggal di Galilea, datang kemudian untuk menetap di Yerusalem. Imam menolak Yoakim dan pengorbanannya, karena istrinya mandul. Keadaan tanpa anak pada zaman itu ditafsirkan sebagai tanda ketidaksenangan ilahi, taka da berkat Allah pada orang tersebut.
Akibatnya, Yoakim pergi ke padang pasir dan ia berpuasa dan melakukan silih selama empat puluh hari. Malaikat kemudian muncul untuk Yoakim dan Anna menjanjikan kepada mereka seorang anak.
Ada kisah yang mengatakan bahwa Anna menjadi seorang janda tidak lama setelah kelahiran cucunya. Kita dapat membayangkan sukacita yang dialami Anna pada waktu ‘keluarga kudus’ pulang ke Nazaret dari pengungsian di Mesir. Pikirannya juga tentunya dipenuhi dengan hal-hal indah berkaitan dengan cucunya ini. Walaupun kita tidak mengetahui kapan tepatnya Anna meninggal dunia. Dalam lukisan religius, ia digambarkan berbaring di tempat tidur kematiannya sambil dikelilingi oleh Maria, Yesus yang masih anak-anak, dan anggota keluarga yang lain.
Lukisan-lukisan dan patung-patung Santa Anna, dan gereja-gereja yang didedikasikan kepadanya dapat ditemukan di banyak tempat di seluruh dunia. Tradisi mengatakan bahwa selama hidupnya di dunia,
Anna melayani orang sakit dan banyak terjadi mukjizat penyembuhan lewat doa syafaatnya. Doa dengan perantaraan St Anna banyak didaraskan orang, khususnya di St. Anne De Beaupré dekat Quebec, Kanada, dan juga di gereja-gereja ritus Timur. Santa Ana adalah orang kudus pelindung para ibu rumah tangga.
Santa Anna juga memberikan sebuah “model” dari kehidupan sebagai janda yang kudus. Kematian seorang suami bukanlah akhir dari segalanya. Banyak perempuan yang keberadaannya sebagai janda justru melihat terbukanya pintu bagi berbagai karya pelayanan yang sebelumnya tertutup bagi mereka karena memang tidak ada waktu yang tersedia untuk itu.
Kenyataan bahwa Tuhan Yesus mempunyai seorang nenek dan kakek menggarisbawahi pentingnya aspek historis dalam agama Kristiani. Yesus adalah seorang pribadi yang memiliki suatu garis keturunan yang historis.