Dari Gunung Nebo, di batas Yordania menuju Israel, saya memahami makna pentingnya iman.
Pada dataran tinggi yang menjulang 817 meter di atas permukaan laut itulah Musa memandang Tanah Perjanjian. Namun, Tuhan tak mengizinkannya masuk ke ‘Promised Land’ yang dijanjikan.
“Inilah negeri yang Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub; demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu. Aku mengizinkan engkau melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi engkau tidak akan menyeberang ke sana.”
Musa marah saat bangsa Israel kehausan dan minta air. Ia memukul bukit batu dua kali agar mengeluarkan air. Tuhan tidak menyuruhnya memukul batu dengan tongkat. Tuhan hanya meminta Musa berbicara kepada bukit itu agar mengeluarkan air bagi dua juta orang Israel yang menempuh perjalanan jauh menuju tanah terjanji.
Selain itu, sepuluh dari dua belas spionase yang diutus untuk meneliti keadaan di Kanaan pulang dengan report malah melemahkan hati bangsa Israel. Mereka yang tidak percaya itu, kecuali Yosua dan Kaleb, tidak boleh masuk Tanah Perjanjian. Mati sebelum hal yang indah-indah tiba dinikmati.
Kesimpulannya: kalau mau menerima berkatNya, jangan tidak percaya. Jangan mengeluh ketika hidupmu terasa susah di padang gurun. Jangan kangen pada mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih yang didapat di tanah Mesir, tapi dalam status terjajah.
Tenang saja, ikuti jalan ‘keras’ itu. Nanti semua juga akan indah pada waktuNya…
Syaratnya cuma satu: Percaya. Karena yang tidak beriman dilarang masuk.