Di Papua Selatan, ada kekayaan alam sangat khas. Orang menyebutnya sebagai rumah semut. Dari sini, kita belajar dahsyatnya fauna bekerjasama.
Dalam perjalanan menuju Sota, perbatasan Merauke dan Papua Nugini, kami berhenti di kawasan Taman Nasional Wasur. Taman Nasional Wasur merupalan salah satu taman nasional di Indonesia. Letaknya berada di bagian tenggara Provinsi Papua Selatan. Namanya merupakan nama salah satu desa di dalamnya. Nama tersebut berasal dari kata bahasa Marori yaitu Waisol yang berarti kebun.
“Yuk, foto yuk… kapan lagi kita melihat pemandangan ini..” teriak kami.
Kami berpose di ‘Musamus’, yang akrab disebut sebagai ‘rumah semut’. Wikipedia menulis, musamus atau rumah semut sebenarnya bukanlah sarang yang dibuat oleh semut. Lebih tepatnya, mahakarya alam Merauke adalah sarang dari hewan sejenis rayap Macrotermes sp. Bicara tentang sarang serangga, tentu di pikiran kita akan terbayang sarang yang berukuran kecil. Namun, Musamus berukuran sangat besar, bahkan ratusan kali lipat serangga pembuatnya. Tingginya bisa mencapai 5 meter dengan diameter lebih dari 2 meter, dan ukurannya bervariasi di atas permukaan tanah.
Bangunan Musamus berbentuk kerucut dengan tekstur berlekuk-lekuk. Para ahi menyebutkan, musamus terbuat dari tanah, rumput dan air liur rayap yang berfungsi sebagai perekat. Konon, di dalam musamus terbentuk lorong-lorong berliku yang rumit. Bayangkan, bagaimana kehebatan jutaan rayap kecil-kecil itu, sehingga bisa membuat musamus yang tingginya melebihi manusia.
Pun di Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Sota, kami menemukan Musamus yang dirawat secara khusus.
Rumah semut atau yang biasa disebut Musamus ini sebenarnya rumah rayap. Struktur berbentuk kerucut yang tingginya bisa mencapai 5 m dan diameternya 2 m ini dibangun oleh koloni rayap dari rumput kering dan lumpur serta liur rayap sebagai bahan perekatnya. Proses pembentukannya hingga tinggi memakan waktu tahunan.
Saking dibanggakannya, universitas negeri di Merauke pun dinamakan Universitas Musamus, yang awalnya berdiri sebagai Sekolah Tinggi Teknologi Merauke (STTM) pada tahun 2001.
Sampai di tahun 2006, STTM tersebut berubah secara resmi menjadi perguruan tinggi dengan nama Universitas Musamus Merauke (UNIMMER). Masih sama seperti filosofi yang terkandung dalam makna musamus itu sendiri, universitas ini juga memegang teguh prinsip bekerja tanpa memperlihatkan prosesnya, melainkan hanya menunjukkkan hasil karya yang nyata.
Musamus bahkan menjadi salah satu simbol pada lambang Kabupaten Merauke, simbol musamus diketahui menggambarkan kerja sama dan keharmonisan dalam mewujudkan cita-cita luhur antara pemerintah, tokoh agama, dan masyarakat serta empat Suku Marind yang merupakan penduduk asli tanah Merauke.
Indonesia Kaya menulis, Musamus juga terdapat di beberapa wilayah dunia lainnya, seperti Australia. Namun, di wilayah Indonesia, Musamus hanya ada di wilayah Merauke. Kita akan menemukan banyak sekali Musamus di Merauke, bahkan terdapat sebuah padang savanna yang berisi ratusan Musamus di atasnya. Karena kepopuleran Musamus inilah, maka produk alam ini menjadi salah satu gambar di dalam lambang kota kabupaten Merauke.
Tidak hanya itu, Musamus juga telah memberikan filosofi bermakna bagi masyarakat Merauke. Seperti halnya rayap-rayap Musamus, mereka bekerja dengan giat tanpa banyak bicara dan tiba-tiba hasilnya pun terlihat dari sebuah istana Musamus yang menjulang tinggi ke langit dengan begitu megahnya. Demikian pula yang diharapkan dari warga Merauke, untuk terus bekerja tanpa banyak mengeluh dan tanpa merusak alam, hingga terlihat kemegahan hasilnya.