Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
Negara lain sudah bersaing urusan kereta cepat, kita masih sibuk mengurus kecelakaan kereta…
Sekitar 30 menit duduk di atas kereta antar kota, dari Stasiun Amsterdam Central menuju Bussum Zuid, saya terperangah menyaksikan kencangnya kereta itu melaju. Tanah-tanah lapang dan peternakan menjadi pemandangan menyertai sepanjang perjalanan.
Saat itu, saya berujar ke Malik, rekan saya, sesama peserta pelatihan jurnalisme multimedia dari Radio Nederland, “Lihat Lik, … sepanjang perjalanan ini, kita nyaris tak pernah melihat ada pelintasan rel kereta, atau mobil-motor mengantre karena menunggu kereta lewat.”
Setiap 9 Desember kita punya “hari raya” baru: Hari Anti Korupsi. Formalitaskah?
Setiap 9 Desember, Hari Anti Korupsi Internasional diperingati. Sejak beberapa tahun silam, mungkin sebangun dan sejalan dengan maraknya rasuah di negeri ini, Hari Anti Korupsi lebih bergema dibandingkan dengan Hari Hak Asasi Manusia, tetangganya pada 10 Desember. Peringatan Hari Anti Korupsi Sedunia dimulai sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa menyetujui Konvensi Anti Korupsi yang digelar UNCAC (United Nations Convention Against Corruption) di Merida, Meksiko, 9-11 Desember 2003.
Monopoli Junior era kini. Rule of the gamesnya sama.
Ingatkah Anda pada permainan “Monopoli Gaya Baru” era 1980-an? Zaman kita masih duduk di bangku SD atau SMP, mungkin. Dari lembar karton monopoli itulah, saya mengenal nama kota Indonesia seperti Bogor, Bandung, Denpasar, Garut, atau Singaraja.
Juga dari permainan itu, jadi akrab dengan banyak stasiun kereta api, seperti Gambir dan Pasar Senen Jakarta, atau Tawang Semarang. Tentu saja, saat masih bersekolah dasar di Surabaya, saya tak pernah bermimpi bakal menginjakkan kaki beneran di tempat-tempat itu, beberapa belas tahun kemudian.
Lopes Da Cruz (kiri) bertemu Mandela di Afsel, 17 tahun silam. Batiknya masih awet.
Kompas Petang tadi, beruntung sekali bisa menghadirkan Fransisco Xavier Lopes Da Cruz. Dalam dialog bertema “Mengenang Nelson Mandela”, pria 71 tahun ini tampil istimewa. “Ini batik yang sama, saya pakai saat bertemu Mandela 17 tahun lalu,” kenangnya.
Lopes Da Cruz punya riwayat panjang di dunia diplomasi. “Mungkin saya salah seorang duta besar dengan masa jabatan terlama: 14 tahun,” kata mantan Wakil Gubernur Timor Timur itu. Pernah bertugas di New York, Jenewa, Austria, dan menjabat Dubes Keliling RI untuk negara-negara Afrika, Lopes mengakhiri karir diplomatiknya sebagai Duta Besar RI untuk Portugal.
KALIMAT ITU TEPAT UNTUK MENGGAMBARKAN KONDISI HATI / RATUSAN BIG REDS/ ATAU PARA PENDUKUNG LIVERPOOL/ YANG BERADA DI KOTA HUJAN/ BOGOR…
RONA KECEWA MEMANG TERPANCAR DARI ANGGOTA BIGREDS BOGOR / YANG MENGGELAR NONTON BARENG PERTANDINGAN LANJUTAN LIGA INGGRIS/ HULL CITY MELAWAN LIVERPOOL//
(LEAD)
MEMPUNYAI ANAK YANG TERLAHIR SEMPURNA ADALAH IMPIAN SETIAP ORANG TUA//NAMUN BAGAIMANA JIKA SI BUAH HATI/TERLAHIR MENGIDAP CELAH BIBIR LANGIT SEJAK LAHIR//
INILAH YANG MENCETUS LAHIRNYA KOMUNITAS SATU SENYUM//MENDUKUNG PENUH ANAK ANAK PENYANDANG C-B-L/TERMASUK MENDUKUNG KELUARGA//
Komunitas Satu Senyum dideklarasikan. Bersama saling menguatkan.
Minggu (3/11) kemarin, bahagia rasanya bisa ikut hadir dalam peresmian komunitas “Satu Senyum”, di auditorium Museum Bank Mandiri, kawasan Kota Tua, Jakarta. Ini adalah wadah bagi keluarga dengan anak yang lahir dengan celah bibir dan langit-langit (CBL). Kondisi kelainan bawaan seperti ini, tak pernah jelas apa yang menjadi penyebabnya, apakah masalah dari dalam –misalnya kurangnya asupan gizi, atau kondisi mental orangtua saat mengandung, atau faktor dari luar –polusi maupun kandungan makanan yang masuk ke ibu hamil. Tak bisa dimungkiri, ada perasaan bagi orangtua kala pertama tahu kondisi “istimewa” pada anaknya.