Pertandingan istimewa Steven Gerrard gagal mengangkat Liverpool menuju 10 besar.

Steven Gerrard mengingat 5 November sebagai sore yang istimewa. Laga kesepuluh Liverpool di Liga Inggris musim ini sekaligus menjadi peringatan penampilannya ke-600 bersama tim senior Liverpool di semua ajang, sejak penampilan perdananya pada 29 November 1998. Gerrard muda terus berkembang, dari seorang pemain pengganti Vegard Heggem di menit akhir pertandingan, meraih predikat kapten lima tahun kemudian –menggantikan Sami Hyypia- dan sampai sekarang menjadi ikon tak tergantikan di lini tengah The Reds.
Sayang, peristiwa bersejarah dalam hidupnya tak diimbangi dengan oleh-oleh yang didamba 44.803 penonton Anfield: raihan tiga poin. Liverpool hanya mampu mengoleksi satu poin di kandang sendiri, gagal meraih kemenangan ketiga, dan masih dua strip di bawah posisi 10 besar.
Mengawali pertandingan dengan semangat permainan terbuka, Liverpool menyudahi babak pertama dengan ketinggalan 0-1 saat strike Yohan Cabaye gagal dihadang Brad Jones. Keputusan tampil agregesif dengan penguasaan bola tinggi, sayangnya tak ditunjang pisau tajam di depan, terus dimainkan di babak kedua. Hasilnya, Liverpool memiliki 14 tendangan pojok, 23 tendangan ke gawang (6 menemui sasaran), dan 66% penguasaan bola, dengan hanya satu gol tercipta. Sebaliknya, magis The Magpies terlihat saat tim belang-belang itu berhasil mengkonversi satu-satunya peluang di babak pertama. Di sinilah terjadi pembeda pada hasil akhir pertandingan, menguasai permainan tapi gagal memenangkan pertempuran, sementara kubu lain sesekali menyerang dan sukses membawa pulang satu angka.
Berharap darah baru
http://www.youtube.com/watch?v=8X1TWE_F2gQ
Pada saat inilah jarum jam terasa bergulir amat lambat bagi Liverpudlian. Menunggu pembukaan transaksi pembelian pemain baru sepanjang Januari, dan menantikan siapa penyelesai akhir yang akan diandalkan mendampingi Luis Suarez. “Lima kali seri dalam 10 pertandingan liga, dengan setidaknya tiga di antaranya seharusnya bisa dimenangkan,” kata Brendan Rodgers mengevaluasi gagalnya Liverpool kembali menjadi tim yang memiliki karakter tanpa ampun bagi lawannya.
Satu catatan positif dalam partai ini, Suarez terus menunjukkan produktivitasnya, bertengger sebagai pencetak gol terbanyak kedua Liga di bawah Robin van Persie. Dengan bayang-bayang kelelahan dan hanya satu kartu kuning tersisa sebelum mendapatkan larangan bermain, Liverpool harus terus mencari cara, bahwa Suarez sebaiknya bukanlah andalan mereka satu-satunya di lini depan.
Kan ada Suso, Raheem Sterling, dan juga Samed Yesil? Sebaiknya juga, tim kepelatihan Liverpool sadar, ini adalah ajang kompetisi tertinggi dalam kalender mereka. Karena Liga Inggris, bukanlah NextGen Series.
Semangat untuk menang kurang. Tiki taka sudah nunjukkin pola yang tegas, sayangnya tidak terjadi di final third. Walhasil conversion rate rendah.