Video ini dibuat untuk mensyukuri sebelas tahun kebersamaan kami,
Jojo dan Celi, since 19 Agustus 2006…
Semoga terus ‘mekar di jiwa’
Original song by Katon Bagaskara feat Ira Wibowo ‘Mekar di Jiwa’
"the future belongs to those who believe in the beauty of their dreams, masa depan adalah milik mereka yang percaya kepada keindahan mimpi-mimpinya.."
Video ini dibuat untuk mensyukuri sebelas tahun kebersamaan kami,
Jojo dan Celi, since 19 Agustus 2006…
Semoga terus ‘mekar di jiwa’
Original song by Katon Bagaskara feat Ira Wibowo ‘Mekar di Jiwa’
“Salah satu hal yang tak bisa dirupiahkan adalah membelikan kenangan indah bagi anak-anak kita di masa kuat pembentukan memori mereka…”
(Lovina Beach, Buleleng, 27 Juni, 2017)
Saya cuma mau cerita, mini movie ini dibuat pada hari ini oleh anak sulung saya, Mikhael Einzel, 9 tahun, kelas 4 SD dengan perangkat gawai Asus
“Kami memang selalu ditemani oleh ketidakpastian. Itu secara sadar kami ambil dalam kehidupan kami, ketidakpastian itu…”
“Ada sebuah ungkapan: lebih baik ditertawakan karena tidak menikah daripada menikah tapi tidak bisa tertawa. Akhirnya, saya memutuskan untuk menikah sambil tertawa.”
Bertambah satu tahun usia. Bertambah satu tahun kepercayaan hidup untuk lebih berguna.
Terimakasih untuk setiap kawan yang sudah mengucapkan selamat bertambah usia, lewat apapun platformnya: media sosial ala Facebook, Twitter, What’s App Application, Blackberry Messenger, ataupun ucapan selamat secara langsung. Bersyukur dan bersyukur. Itulah penekanan atas bertambah usia ke-38 pada 5 Agustus ini.
Seorang sahabat baik dari Surabaya berkirim pesan, mengucapkan selamat ulang tahun, dan semoga terwujud semua mimpi. Setelah berterimakasih, saya menjawab, “Mimpi apalagi? Anak sudah dua, sepasang. Pekerjaan juga baru…” Ia berbalas lagi, “Ya kan tiap orang punya harapan dan mimpi dalam hidupnya, Jo…”
Banyak pilihan tempat dikunjungi saat liburan datang. Bagaimana kalau menggabungkan perjalanan wisata sekaligus pembelajaran mengenal nilai-nilai spiritual?
Pilihan kami pada libur Idul Fitri kemarin jatuh pada Gua Maria Sendangsono. Selain letaknya terjangkau dari rumah Kwarasan, Yogyakarta –tak sampai dua jam perjalanan via Jalan Godean- juga karena faktor sejarah lokasi ziarah ritual itu.
Sebagaimana ditulis Harian Tanpa Batas, Gua Maria Sendangsono menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian sejarah perkembangan gospel di nusantara. Kisah pembaptisan pribumi pertama di tempat itu dipandang sebagai lahirnya gereja Katolik perdana di pulau Jawa.
Sendangsono merupakan nama sebuah sumber air di dusun Semagung, desa Banjaroyo, kecamatan Kalibawang, kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta. Lokasinya berada di lereng selatan bukit Menoreh, sebuah hamparan perbukitan kapur sisi barat Yogyakarta. Tempat ini berada sekitar 30 kilometer dari kota Magelang dan bisa dicapai melalui Jalan Godean atau Jalan Magelang.
Pengalaman melepas anak di hari pertama sekolah selalu menimbulkan keharuan tersendiri.
Berita televisi di awal tahun ajaran baru menyajikan fenomena unik, khususnya dari desa dan kampung di pelosok nusantara. Pada hari pertama sekolah, anak-anak SD selalu bangun dini hari. Subuh mereka sudah ada di gerbang sekolah. Apa tujuannya? Berebut bangku. Jika tak datang pertama, mereka terancam tak mendapat posisi duduk terbaik sepanjang satu semester ke depan dan harus rela ada di deret belakang kelas. Sebuah sistem atau pola pembelajaran yang patut dikritisi. Tapi apa boleh buat, itulah faktanya. Sejak kecil mereka sudah diajar berkompetisi, bahwa hidup itu keras. Dan semua dimulai dari bangun pagi.
Banyak pelajaran bisa dipetik dari tiap berlangsungnya musim arus mudik dan balik. Salah satu di antaranya, soal jargon ‘pembangunan’ di Indonesia yang masih saja berat sebelah.
Tak seperti beberapa Lebaran sebelumnya, tahun ini kami sekeluarga mengikuti ritual kultural mudik dan balik, sebagaimana dihelat jutaan orang negeri ini. Setelah tiga hari raya Idul Fitri ‘pass’ ke Yogyakarta sejak kehadiran anak kedua, kali ini kami mengikuti agenda sebagian besar penduduk Indonesia. Termasuk di dalamnya, acara bermacet-macet di jalan secara ‘brutal’. Ada yang menyenangkan juga dari sisi sampingan perjalanan super panjang 25 jam arus balik Yogya ke Tangerang, kami bisa menyaksikan spot-spot yang jarang terlintas di kepala: Kebumen, Wangon, Lumbir, Sumpiuh, Majenang, sampai ‘terbuang’ ke Majalengka.
Continue reading “Mudik dan Gambaran Ketimpangan Jawa Non-Jawa”
“Jakarta hari ini kuketuk pintu gerbangmu… Ijinkan aku masuk mencari masa depanku…”
(OST Biarkan Bintang Menari, 2003)
10 Juni 2015, Thank’s God, menjadi tonggak satu dekade beradu hoki di kota ini. Untuk merayakan sepuluh tahun berkarya di Jakarta, berikut tayangan ulang tulisan di blog ini, empat tahun silam, dengan sedikit modifikasi. Ditulis saat memperingati enam tahun bekerja di ibukota…
http://www.youtube.com/watch?v=eOkIyzJEAuk
– dan Kira pun nongol menemani Einzel…
17 Mei 2015, Paroki Santa Bernadet Ciledug Gereja Metro Permata