Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Ah, Suryadharma…

Penetapan status tersangka Suryadharma Ali oleh KPK, menjadikan posisi kuncinya di kementerian maupun partai terancam. Liputan Jason Leonardo memutar ulang kisah saat politisi ulung PPP ini memimpin kampanye pemilu legislatif.

Pengumuman Komisi Pemberantasan Korupsi yang menetapkan Menteri Agama Suryadharma Ali sebagai tersangka kasus tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa haji pada 2012-2013 mengejutkan banyak pihak. Dari Kementerian Agama, menjadi pertanyaan besar, siapa lagi yang bakal tersangkut. Dari DPR pun pada bertanya-tanya, akankah wakil rakyat yang terhornat juga akan terseret kasus ini.

Continue reading “Ah, Suryadharma…”

Pasal Satu Stand Up Liputan Live: Kuasai Diri

Control yourself, kendalikan diri, kendalikan kata-kata. Itu kunci tenang dalam membawakan liputan langsung di depan kamera.

Secara konten, isi liputan Johanes Hutabarat, tak beda dengan karya Cosmas Bayu. Dalam acara besar yang seharusnya menampilkan crowded dan keriuhan, Johanes tidak menampilkan ‘daging’ liputan itu.

Bisa jadi, dalam liputan kampanye PKS di Stadion GBK ini, Johanes berpikir, karena kawan-kawan yang lain sudah mengambil ramainya kampanye di dalam stadion, maka ia mengambil sisi berbeda dari para pedagang di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Apa benar para pengasong itu sejatinya tak boleh masuk stadion?

Continue reading “Pasal Satu Stand Up Liputan Live: Kuasai Diri”

Paket Berita Televisi: Perhatikan Kesesuaian Narasi dan Visual

Aliefia Malik memotret kampanye Partai Nasdem pada Pemilu Legislatif lalu. Ada beberapa kekurangan video liputan ini.

Partai Nasdem menjadi pilihan Aliefia Nada Malik dalam mengerjakan project liputan Ujian Tengah Semester (UTS) mata kuliah Jurnalistik Televisi Universitas Multimedia Nusantara. Ingat ya, yang benar Partai Nasdem, bukan Nasional Demokrat, karena sejatinya dua nama itu merupakan dua entitas berbeda. Satunya partai, satu lagi ormas. Logo mereka pun berbeda, meski sebenarnya hanya berkebalikan saja.

Mengemas dalam bentuk paket liputan, Aliefia menampilkan serangakaian gambar kampanye. Tapi celaka, saat gambar menampilkan apel akbar Partai Nasdem di Stadion Gelora Bung Karno yang disertai kehadiran kuda, motor gede dan mobil mewah, berlogo Nasdem, justru narasi menyebut kampanye Nasdem di Lapangan Ahmad Yani, Kebayoran Lama.

Continue reading “Paket Berita Televisi: Perhatikan Kesesuaian Narasi dan Visual”

Liputan Side Bar yang Terlalu ‘Menyamping’

Cosmas Bayu mencoba mengeksekusi ide liputan yang tak biasa. Tapi, jadinya malah terlihat melenceng jauh dari harapan.

Dalam dunia jurnalistik, liputan side bar atau sisi lain, umumnya dilakukan untuk mencari angle lain dari sebuah peristiwa besar. Bosan dengan sudut pandang yang itu-itu saja, maka reporter –atas arahan newsroom atau inisiatif pribadi di lapangan- mencoba mencari sisi berbeda yang tak kalah keren.

Continue reading “Liputan Side Bar yang Terlalu ‘Menyamping’”

Mengenang Kebersamaan WIN-HT

Wiranto – Hary Tanoe di ambang perceraian. Musnahlah kenangan kebersamaan ‘Mewujudkan Mimpi Indonesia’.

Menyaksikan video liputan kampanye Indriyana Milantika ini seperti memutar waktu, mengenang kebersamaan Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo, pasca Hary keluar dari Partai Nasdem hingga jelang pemilu legislatif lalu. Mereka begitu intim. Bahkan, Hary Tanoe pun membuatkan program bertajuk ‘Mewujudkan Mimpi Indonesia’ yang berisi kisah-kisah ‘undercover’ Wiranto dalam menyamar untuk –ceritanya- memahami penderitaan rakyat.

Continue reading “Mengenang Kebersamaan WIN-HT”

Aih, Datar Sekali Ricky…

Live report Ricky terlalu datar. Ibarat foto diri, ia tampil ‘pas foto’ terlalu kaku. Padahal, seharusnya bisa lebih kreatif

Tak banyak yang bisa dikomentari dari penampilan Ricky Dermawan saat mencoba melakukan live report dari Stadion Utama Gelora Bung Karno, tempat ia meliput kampanye Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Penampilan Ricky amat datar, flat. Tak ada wawancara dengan peserta kampanye. Tak ada pula belanjaan visual menarik, selain memaksakan pemirsa menonton wajahnya selama 42 sekon. Ricky menyebut ‘daftar artis’ pengisi acara, tapi tak sekalipun ia menampilkan wajah mereka, sekalipun berupa tampilan foto misalnya.

Continue reading “Aih, Datar Sekali Ricky…”

Antusiasme Reporter, Modal Besar Live Report

Saat reporter bersemangat dan ekspresif menyampaikan liputan live, itu kunci awal tayangan akan ditonton. Tapi kalau wajah dan suaranya begitu datar, tak salah jika remote control bertindak kejam pada karyanya.

Dalam live report, saat reporter menyajikan situasi di mana dia berada, dia menjadi wakil mata dan telinga bagi pemirsa, pendengar dan publik yang berada di kejauhan.  Lupakan “kualitas” wajah, lupakan postur tubuh, lupakan semua yang menjadi hambatan. Karena semangat, dan aksentuasi yang jelas akan menutup berbagai kelemahan itu. Yang penting, message dan value-nya ter-deliver. Karena inti semua liputan dan karya jurnalisme hanya satu: agar jelas apa pesan yang disampaikan.

Continue reading “Antusiasme Reporter, Modal Besar Live Report”

Tampilkan Visual ‘Aduhai’ sebagai Pembeda

Meski dengan alat sederhana, video liputan ini punya nilai lebih: sisi pengambilan gambar yang berbeda. Dari atas.

Hanya beberapa detik, tapi liputan Nesya ini memiliki keunggulan dari liputan lainnya. Nesya mengambil insert visual yang sangat banyak. Cukup kaya ‘belanjaan’-nya untuk durasi liputan sepanjang 3 menit dan 1 detik.

Tak sekadar kaya gambar, visual-visual Nesa didapatnya dengan  pendekatan berbeda. Gambar sisi luar Stadion Utama Gelora Bung Karno diambilnya dari atas. Begitupula gambar simpatisan yang menaiki tangga stadion sambil berteriak, “Geriiiindraaaa…”

Continue reading “Tampilkan Visual ‘Aduhai’ sebagai Pembeda”

Risetlah Lebih Dalam sebelum Liputan

Liputan live report yang jernih. Sayang terlalu pendek, dan tak jelas apa yang ditekankan.

Tesya Claudia Ariesta penuh percaya diri membawakan live report dari Stadion Utama Gelora Bung Karno. Gambarnya pun jelas, meski sempat ada headroom yang terpotong dan audio sempat hilang. Tesya membawakan kata-kata dengan lancar. Namun, keberanian dan aksennya yang khas memberi nilai plus, sayang tak ada narasumber atau simpatisan kampanye diajaknya ngobrol.

Continue reading “Risetlah Lebih Dalam sebelum Liputan”

Membuat Live Report Tidak ‘Garing’

Kelebihan liputan ini: gambar tajam, pembawaan jelas. Kekurangannya: Visual monoton, dan headroom terpotong.

Eka Erviana Rachmawati membawakan liputan langsung kampanye Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dari pelataran Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sayang, sepanjang hampir 1 setengah menit laporannya, tampak monoton.

Mengenakan jas almamater, Eka terlihat lebih percaya diri di tengah panasnya Stadion Utama GBK yang dikepung ribuan simpatisan Hanura. Namun, semangatnya kurang diimbangi materi liputan maupun sisi teknis yang ‘bermasalah’. Tak ada narasumber atau peserta kampanye diajak ngobrol. Taka da CG keterangan menjelaskan situasi. Pun tak ada insert visual pendukung, kecuali hanya terfokus pada wajahnya.

Continue reading “Membuat Live Report Tidak ‘Garing’”