Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Mendiskusikan Media Memotret Dahlan Tersangka

Dahlan Iskan terakhir dikenang publik sebagai mantan menteri dan Direktur Utama PLN. Jauh sebelum itu, ia lebih dikenal sebagai ‘media mogul’, bos media di Indonesia.

Jpeg
Judul Jawa Pos 6 Juni 2015: ‘Dahlan: Saya Ambil Alih Tanggung Jawab Ini. Sembilan Gardu Indek Masih Dicek, Sudah Jadi Tersangka’.

Sebagai raja media, Dahlan Iskan memiliki lebih dari 150 surat kabar harian grup Jawa Pos dan radar-radarnya, serta puluhan tabloid, serta jaringan televisi JTV dan pusat pemberitaan online bernama Jawa Pos News Network (JPNN).

 Ekspose pemberitaan Dahlan Iskan di media. Mahasiswa mempelajari realitas, antara 'yang seharusnya' dan 'yang sebenarnya'.
Ekspose pemberitaan Dahlan Iskan di media. Mahasiswa mempelajari realitas, antara ‘yang seharusnya’ dan ‘yang sebenarnya’.

Karena itu, amat menarik menanti bagaimana media massa di Indonesia memasang headline (berita utama) pada edisi Sabtu, 6 Juni, satu hari setelah Dahlan Iskan ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi pembangunan 21 Gardu Induk Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara 2011-2013 yang mengindikasikan kerugian negara Rp 33m 2 miliar. Titik tekanannya adalah: bagaimana media bersikap, baik media milik grup Jawa Pos maupun media massa lain, kompetitornya kelompok Jawa Pos, di Indonesia.

Continue reading “Mendiskusikan Media Memotret Dahlan Tersangka”

Gaza, Perlawanan dan Kehormatan: Faisal dan Bukunya yang Bercerita

Ini buku ketiga, tapi inilah masterpiece seorang Faisal Assegaf, yang kini mempopulerkan istilah ‘Hamaslovers’ di Indonesia.

Gaza, buku ketiga Faisal Assegaf. Enak dibaca dan bercerita.
Gaza, buku ketiga Faisal Assegaf. Enak dibaca dan bercerita.

Saya mengenal Faisal Assegaf sebagai seorang kawan seperguruan di Tempo, sebuah institusi terhormat di ranah jurnalisme Indonesia. Dia kerap mengaku bukanlah murid yang baik di ‘sekolah’ itu. Jarang datang rapat, dan tingkahnya seenak sendiri. Tapi, soal proses dan hasil kadang tidak mesti seiring dan sebangun. Di balik kebengalannya itu, Faisal membelalakkan mata para penggede saat wawancara eksklusifnya muncul di koran keesokan hari. Ia bukanlah seorang yang banyak omong, tapi dari bicaranya yang sedikit itu, orang haruslah percaya. “Ramos Horta kalau ke Jakarta selalu telpon gue, Jo,” itu salah satunya. Tak ada nada sombong di sana.

Dan, untuk menunjukkan kehebatannya, bacalah halaman-halaman belakang buku ‘Gaza, Simbol Perlawanan dan Kehormatan’. Mengapa halaman belakang? Karena di halaman 172-174 itulah tertera daftar bagaimana Faisal mewawancarai narasumbernya, baik saat bersua maupun melalui sambungan telepon.

Continue reading “Gaza, Perlawanan dan Kehormatan: Faisal dan Bukunya yang Bercerita”

Mewariskan Passion Ayah pada Anak?

Terlalu banyak anak memilih profesi seperti ayahnya. Karena kagum, dipaksa, atau apa?

Di balik kemeriahan duel ‘The Fight of The Century’ antara Floyd Mayweather melawan Manny Pacquiao di Las Vegas pekan lalu, ada nama legendaris yang selalu hadir di setiap ajang tinju besar dunia. Mungkin Anda tak kenal namanya, tapi tentu tak asing dengan tone serta nadanya saat mengintroduksi pertarungan:

“Llllllladies and the gentleman, in the very good evening to you…. and we welcoming you  tonight you to the epicentre of the sport world here in MGM Grand Las Vegas Nevada…”

Continue reading “Mewariskan Passion Ayah pada Anak?”

Pepeng dan Makna Totalitas Profesi

Bicara Pepeng adalah bicara seorang dengan panggilan tinggi pada profesinya. Hingga akhir hayat, ia tak kenal dua kata: menyerah dan mengeluh.

http://www.youtube.com/watch?v=foRKDMgFZR4

Nama aslinya Ferrasta Soebardi, publik lebih mengenalnya sebagai  Pepeng, kelahiran Sumenep, 23 September 1954 dan meninggal dunia pagi tadi (6/5) di Cinere, Depok setelah sepuluh tahun bergulat dalam lumpuh.

Continue reading “Pepeng dan Makna Totalitas Profesi”

Mourinho dan Keangkuhan yang Menyertai Suksesnya

Ada yang bilang, untuk sukses, seseorang harus punya sifat ’arogan’. Boleh aja sih, tapi ada satu syaratnya.

José Mário dos Santos Mourinho Félix berusia sembilan tahun saat ayahnya, José Manuel Mourinho Félix, dipecat sebagai pelatih Belenenses tepat di hari Natal. Tim yang diasuh ayahnya, yang dikenal sebagai mantan penjaga gawang, meraih hasil buruk pada 23 Desember. Tepat saat makan siang di hari Natal keluarganya di Portugal, telepon berbunyi dan mengabarkan Jose Mourinho senior di-PHK.

Continue reading “Mourinho dan Keangkuhan yang Menyertai Suksesnya”

Pacquiao Adalah Kita

Manny Pacquiao kalah dalam pertarungan yang dikatakan terbesar abad ini. Tapi ia mencuri hati penonton.

http://www.youtube.com/watch?v=ePDJydGnqEs

Mantan juara dunia tinju kelas berat Mike Tyson mengungkapkan rasa kecewanya usai laga Floyd Mayweather melawan Manny Pacquiao yang berlangsung 12 ronde. Dalam akun twitter @MikeTyson, pria yang kini berusia 48 tahun itu mencuit, “We waited 5 years for that… #underwhelmed #MayPac”

Tak hanya Tyson yang kecewa. Jutaan orang yang menonton laga ini, baik mereka yang membeli tiket ratusan juta rupiah di MGM Grand Arena Las Vegas menggunakan jet pribadi, sampai masyarakat miskin Filipina yang membuat detak waktu negeri lumbung padi itu serasa berhenti.

Continue reading “Pacquiao Adalah Kita”

Benci dan Rindu Sepak Bola Indonesia

Ini sebuah buku, tepatnya kumpulan tulisan, dari seorang yang sepuluh tahun berada di panggung belakang sepak bola Indonesia. Tulisannya ‘renyah’, ‘gurih’, dan ‘basah’.

Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut. Wujud Benci tapi Rindu pada Sepak Bola Indonesia.
Mencintai Sepak Bola Indonesia Meski Kusut. Wujud Benci tapi Rindu pada Sepak Bola Indonesia.

Secara personal, saya tak kenal dengan Miftakhul F.S alias Fim, pria asal Mantup, Lamongan, yang tahun ini genap sepuluh tahun mengabdi sebagai wartawan olahraga di Jawa Pos. Fim hadir di Surabaya, saat saya memutuskan meninggalkan kota itu menuju Jakarta. Sepertinya, kami pernah sekali bertemu dalam jarak cukup dekat, saat berada di ruangan Komisi Disiplin PSSI, mendengarkan keputusan yang digedok Hinca Panjaitan.

Kala itu, saya masih berkarya sebagai jurnalis Radio CVC Australia di Jakarta, status yang membuat saya –tanpa disadari- juga ada di even-even sepakbola besar di mana Fim juga berada, antara lain pagelaran Putaran Final Piala Asia 2007 dan Final AFF 2008 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan.

Continue reading “Benci dan Rindu Sepak Bola Indonesia”

Fokus Pada Detail

Di antara berbagai liputan yang mengangkat ‘side bar’ alias sisi lain sebuah event besar yakni terkait penjualan merchandise, karya ini terbaik. Menampilkan visual berupaa shoot-shoot detail.

Ketika mengangkat angle tentang pedagang pernak-pernik tim nasional setiap Indonesia bertanding, maka Febryanto, Antonius Wilton, Reza Sugiharto dan Ryan Giovanni mengambilnya dengan sangat cermat. Diiringi musik latar yang pas –sayang tak ditulis judul ‘Garuda di Dadaku’ serta ciptaan atau siapa yang mempopulerkan lagu itu di CG, mereka mengambil detail per detail gambar dengan amat fokus.

Continue reading “Fokus Pada Detail”