Video perjalanan Mikhael Einzel ke Rusia, 24 Juni – 2 Juli 2018 “Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya …”
Ukiran Bersejarah dalam Hidup Pria
Satu tahapan dalam kehidupan anak sulung saya, Einzel Raharjo, lewat sudah. Bocah lanang yang sebulan lalu berusia 10 tahun ini sukses menjalani khitan alias sunat atau sirkumsisi pada Kamis, 14 Desember 2017.
Einzel’s Mini Movie
Saya cuma mau cerita, mini movie ini dibuat pada hari ini oleh anak sulung saya, Mikhael Einzel, 9 tahun, kelas 4 SD dengan perangkat gawai Asus
Raport Biru si Supit Urang
Raport memang bukan semata nilai, tapi setidaknya, sesuai arti katanya, itulah laporan.

Pagi tadi, lelaki dengan rambut bak supit udang itu, terjadwal menerima raport. Kelas 1 SD, tapi saya rasa, cukup berat juga materi pelajaraannya. Setidaknya, dibandingkan zamanku dulu.
Cobalah Anda bayangkan itu. Seperti pernah saya tulis di sini. Untuk pelajaran Bahasa Inggris, saya merasa pelajaran yang didapat Einzel baru saya dapat di level SMP dulu Mulai dari cara menyebut identitas diri, sampai bagaimana menyebut silsilah keluarga, mengenal father, brother, sister, grandmother, dll. Juga mengingat nama-nama mainan yang tak pernah saya bahami apa Bahasa Inggrisnya: ayunan sebagai swing, jungkat-jungkit disebut she saw, atau panjatan besi diingriskan monkey bars.
Bahasa Inggris Tak Lagi Wajib di SD
Apakah belajar bahasa asing bagi anak usia 6 tahun dinilai terlalu membebani?

Coba ingat-ingat, usia berapa anda kali pertama akrab dengan Bahasa Inggris secara serius? Bukan hanya karena kebetulan mendengar lewat film atau lagu dengan bahasa asing kedua yang paling banyak digunakan di dunia itu –setelah bahasa Mandarin, tapi benar-benar menghapal setiap perbendaharaan kata, belajar mengucapkan salam, dan lain-lain.
Saya terkenang, menjadi intim dengan Bahasa Inggris baru saat kelas 6 SD. Saat itu, Bahasa Inggris belum diajarkan di jenjang sekolah dasar. Seorang perempuan yang berbaik hati, kawan dari orangtua kawan saya, menjadi pahlawan masa kecil, karena memberikan kursus Bahasa Inggris secara gratis. Awalnya, lebih kepada pengenalan nama benda secara sederhana, sampai kami mencoba berani bicara in English.
Einzel dan Monopoli Thomasnya
Bermain monopoli, belajar menjadi investor

Ingatkah Anda pada permainan “Monopoli Gaya Baru” era 1980-an? Zaman kita masih duduk di bangku SD atau SMP, mungkin. Dari lembar karton monopoli itulah, saya mengenal nama kota Indonesia seperti Bogor, Bandung, Denpasar, Garut, atau Singaraja.
Juga dari permainan itu, jadi akrab dengan banyak stasiun kereta api, seperti Gambir dan Pasar Senen Jakarta, atau Tawang Semarang. Tentu saja, saat masih bersekolah dasar di Surabaya, saya tak pernah bermimpi bakal menginjakkan kaki beneran di tempat-tempat itu, beberapa belas tahun kemudian.
Pernikahan kami, setelah lima revolusi…

Kalau Anda membaca blog ini pada 19 Agustus 2011, maka pada tanggal yang sama, lima tahun silam, kami –saya dan Celi, isteri saya- tengah berdebar menjalani sebuah ritual penting dalam memulai kehidupan baru bernama pernikahan. Sabtu itu ada dua ritual. Satu prosesi keagamaan, pagi di Kapel Bellarminus, Universitas Sanata Dharma, Mrican, Yogyakarta, dan satu lagi, bakda tengah hari, jamuan untuk kerabat dan teman di Wisma Kagama, Universitas Gajah Mada.