Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020

Pengalaman Seru Meliput Even Besar

Diva memaparkan kebanggaannya, ada pada dua even besar nan bersejarah.

Keunggulan dari liputan Svaradiva Anurdea Devi yakni saat ia berusaha on-cam di tengah riuhnya unjuk rasa buruh. Langsung berada di barisan terdepan. Stok visualnya pun keren. Baik sebagai pengantar liputan, maupun yang menjadi latar stand-up nya di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=b1Te1rz8xTU]

Continue reading “Pengalaman Seru Meliput Even Besar”

The Devil is in the Detail

Karya Arum cukup mantap. Kritiknya, ada di hal-hal kecil.

Tak sia-sia Arum Kusuma Dewi hadir liputan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia Jakarta mengenakan seragam khusus UMN TV. Ia tampil percaya diri, dan mengesankan sebagai reporter yang membanggakan almamaternya. Alat kerjanya bagus, juga cara berucap dalam membawakan laporan cukup tertata.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=DY-QUlf4T9w] Continue reading “The Devil is in the Detail”

Kalau Ada Video, Mengapa Pakai Foto?

Penggunaan tayangan still foto dalam liputan jurnalistik televisi, biasanya hanya digunakan dalam kondisi darurat.

Penasaran juga, apa yang menjadi ‘kebijakan redaksi’ Christina Djap, mengapa liputannya mengenai aksi Hari Buruh di kawasan Bundaran Hotel Indonesia banyak memakai foto (picture). Apakah karena ada kendala teknis pada videonya, atau alasan lain.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=Q6MXdDlph_s]

Continue reading “Kalau Ada Video, Mengapa Pakai Foto?”

Memaksimalkan 'Atmosfir' dalam Liputan Live

Paket liputan live Rahmi Febriani keren. Ia ‘bermain-main’ di antara natural sound yang membuat unjuk rasa serasa ada di depan hidung pemirsa.

Kekuatan liputan live media elektronik di acara besar yakni atmosfer atau natural sound yang ada di even itu, sehingga menjadi sebuah pesona tersendiri. Kita seolah mengajak pemirsa melayang, dari ruang tamu atau kamar tidur tempat televisinya berada, menuju ke lokasi keramaian tempat unjuk rasa berlangsung.

Continue reading “Memaksimalkan 'Atmosfir' dalam Liputan Live”

Memaksimalkan ‘Atmosfir’ dalam Liputan Live

Paket liputan live Rahmi Febriani keren. Ia ‘bermain-main’ di antara natural sound yang membuat unjuk rasa serasa ada di depan hidung pemirsa.

Kekuatan liputan live media elektronik di acara besar yakni atmosfer atau natural sound yang ada di even itu, sehingga menjadi sebuah pesona tersendiri. Kita seolah mengajak pemirsa melayang, dari ruang tamu atau kamar tidur tempat televisinya berada, menuju ke lokasi keramaian tempat unjuk rasa berlangsung.

Continue reading “Memaksimalkan ‘Atmosfir’ dalam Liputan Live”

Atmosfir Kuat, Kurang Sedikit Sentuhan

Liputan Sylfia diawali visual nan menggetarkan, sayang finishing touch pada bagian terpenting –kurang optimal.

Menarik sekali melihat gambar awal liputan Sylfia Mailani. Ia memotret suasana unjuk rasa buruh alias May Day 2014 dari sudut pandang khusus. Kemungkinan ‘gambar atas’ yang didapatnya, diambil dari jembatan penyeberangan di kawasan Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=kBNKfAw1n5U]

Continue reading “Atmosfir Kuat, Kurang Sedikit Sentuhan”

Fokus, Percaya Diri, Tapi Kurang ‘Variasi Show’

Amalta menunjukkan perkembangan luar biasa dalam liputan livenya. Sayang, masih menampilkan show yang berbeda serta menarik.

Ada kesan yang berbeda saat menyaksikan laporan live Amalta Rifani Dyandra saat liputan kampanye dengan stand-up livenya di tengah aksi ‘May Day’ 2014. Saat berdiri on-cam liputan kampanye Partai Gerindra di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Amalta terkesan masih terlalu cepat bicara, dan harus menyesuaikan diri antara catatan yang menjadi guideline­-nya dengan tempo bicaranya bercampur sedikit cadel.

Continue reading “Fokus, Percaya Diri, Tapi Kurang ‘Variasi Show’”

Liputan Buruh, Kurang Berani Mengeksplorasi

Kali ini, saya akan mulai mengevaluasi tugas mahasiswa dalam liputan May Day alias aksi Hari Buruh pada 1 Mei 2014 lalu. Untuk ukuran mahasiswa yang menjadi reporter televisi, mereka punya banyak kelebihan, tapi kekurangan juga menjadi keniscayaan.

Stand-up, atau liputan live dengan memunculkan wajah reporter, kali ini merupakan tugas kelompok empat orang:: Rizki Gultom, Elisabeth Windy, Lamtiur, dan Muthia Lavela. Empat mahasiswi ini membagi tugas. Dua nama pertama sebagai presenter di studio, Lamtiur menjadi reporter di kawasan Thamrin Jakarta Pusat, sementara Muthia Lavela adalah cameraperson nya.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=VdN10u8zei4] Continue reading “Liputan Buruh, Kurang Berani Mengeksplorasi”

Menghadirkan Liputan yang ‘Different’

Pergi liputan bareng, bukan berarti hasil liputannya harus mirip. Dengan angle dan tampilan yang nyaris tak bisa dibedakan.

Reynaldo Oktavianus mengaku, ia meliput kampanye Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Lapangan Giant BSD bersama dua sahabat dekat, Ignatius Fajar Santoso dan Jason Leonardo.

Saat menampilkan karya liputannya dalam link youtube, video Reynaldo, Fajar, dan Jason hampir tak ada bedanya. Angle, split, dan gaya reportase mereka mirip banget. Ibarat program televisi, kalau logo stasiun televisi di pojok kanan atas ditutup tangan, isinya sama dengan kanal lainnya.

[youtube=http://www.youtube.com/watch?v=coSqmdcXOZs] Continue reading “Menghadirkan Liputan yang ‘Different’”

Pentingnya Kesetaraan Reporter dan Narasumber

Dalam liputan, reporter dan narasumber seyogyanya tidak menyebut narasumber dengan sebutan “bapak”, “ibu”, “kakak”, “mas”, atau atribusi apapun yang membuat kesan tidak sejajar.

Masukan dalam liputan Stevanie Adeline ini, saat ia menyebut, “Kampanye Partai Hati Nurani Rakyat dihadiri oleh Bapak Wiranto dan Bapak Hary Tanoesoedibjo…” Juga unik saat ia ‘selip’ menyebut ejaan Hary Tanoe yang benar.

Continue reading “Pentingnya Kesetaraan Reporter dan Narasumber”