Figur Fergie, Kepemimpinan Sang Legenda

Tak bisa disangkal, Alex Ferguson merupakan sosok yang paling mewarnai Liga Inggris. Banyak pelajaran bisa diambil dari gaya kepemimpinannya.

Buku kisah sukses Fergie. Pelajaran manajemen kepemimpinan.
Buku kisah sukses Fergie. Pelajaran manajemen kepemimpinan.

Mereka yang cukup mengenal saya pasti paham, betapa saya berada di garis depan para pendukung Liverpool. Dan mereka yang mengenal seluk-beluk sepakbola pun pasti mahfum, Liverpool dan Manchester United, dua klub dari kota bertetangga, merupakan dua kutub amat berseberangan. Rival berat, musuh bebuyutan. Tapi, demi belajar soal leadership and communication style, tak ada salahnya membahas figur Sir Alex Ferguson, ikon MU alias tim ‘Setan Merah’.

Buku terbitan Kanisius ini punya tebal 156 halaman, cukup tipis untuk merangkum karakter Fergie sebagai legenda yang memimpin MU selama 26 tahun dalam 1.500 pertandingan dan mencetak 2.769 gol demi terciptanya branding kepercayaan publik akan merk MU. Deretan gelar yang dimilikinya menunjukkan parameter kuantitatif keberhasilannya: satu gelar juara dunia antar klub, dua Liga Champions, 1 Piala Winners, 13 Liga Primer, 5 Piala FA, 4 Piala Liga, 10 Community Shiled, dan 1 Piala Super Eropa.

Sebagai seorang yang hidup di Silicon Valley, penulis buku ini Jennie S. Bev menyamakan Fergie dengan almarhum Steve Jobs, pendiri Apple. Menurut Jennie, diaspora Indonesia yang merantau ke Amerika Serikat saat reformasi 1998, keduanya memiliki filsafat kerja ‘semakin simpel, semakin baik’. Segala sesuatu tidak perlu dibuat menjadi kompleks,  dan sedapat mungkin dibuat lebih sederhana. Baik Fergie maupun Jobs merencanakan segala sesuatu dengan efisien dan transparan. Ferguson mengutarakan targetnya secara publik di muka televisi, dengan demikian dorongan untuk menjadikannya kenyataan semakin besar.

Nilai-nilai hidup

Gaya kepemimpinan Fergie. Jadi bahan studi di Harvard.
Gaya kepemimpinan Fergie. Jadi bahan studi di Harvard.

Buku ini tak hanya bercerita terkait perjalanan Fergie saat memimpin MU, tapi bagaimana karakter kerasnya terbentuk melalui perjuangan keras di masa kecilnya. Bagaimana hidupnya ditempa di keluarga ‘kerah biru’ dari anak seorang buruh pelabuhan, besar di kota Govan yang dibanggakannya, serta perjalanannya pulang-pergi hampir setiap hari dari Glasgow, Skotlandia ke London sebagai pemain sepakbola profesional usia muda sekaligus tulang punggung keluarga.

Masa-masa keras Alexander Chapman Ferguson sebagai sulung dari dua bersaudara menempatkannya sebagai seorang yang terbiasa hidup sederhana dan seadanya. Hidup dalam flat satu ruangan yang merangkap sebagai dapur dan ruang tamu serta ruang keluarga, Fergie kecil terbiasa dalam keadaan serba terbatas. Ruang hidup keluarga yang terbatas itu membentuk Fergie sebagai seorang yang senang berada di luar ruanga dan kemudian mengembangkan kegemarannya sebagai pemain sepakbola. Life goes on in a small space or in a large one.

Sisi hebat Fergie lain yang ditonjolkan di buku ini, namun kemudian justru dilihat publik sebagai kegagalan besar MU, saat ia memilih David Moyes sebagai suksesornya. Menebar aroma harum karena memutuskan pensiun di puncak karir saat menyentuh umur 70 tahun, Fergie selalu berpikiran untuk meremajakan tim MU. Tak hanya para pemainnya –sebagaimana ia ‘membuang’ pemain-pemain gaek dengan darah segar- tapi juga dirinya sendiri, ketika merasa sudah saatnya pergi.

Formula Fergie. Haus kemenangan.
Formula Fergie. Haus kemenangan.

Ia memilih sosok penggantinya dengan begitu terencana. Selain sama-sama dari Skotlandia, Moyes penah dianugerahi Manajer Liga Terbaik selama tiga kali pada 2003, 2005, dan 2009. Moyes mulai dilirik Fergie setelah sepuluh tahun karirnya sebagai manajer usai membidani Preston North End pada 1998. Kalau waktu akhirnya berbicara Moyes akhirnya terpuruk di MU, tentu amat rumit menjawab prediksi dan perencanaan yang amat matang itu.

Tentu buku ini bukan tanpa kelemahan. Beberapa kisah perjalanan MU seperti asal diterjemahkan, seperti cerita heroik kemenangan di Barcelona saat merebut gelar pertama Liga Champions dengan mengalahkan Bayern Muenchen 2-1 dengan dua gol penentu di ujung pertandingan. Tentu saja yang dimaksud Mario Basler sebagai pencetak gol perdana pada laga dramatis itu bukanlah pemain MU.

Terlepas dari itu, The Legend’s Leadership Sukses Tiada Henti Sir Alex Ferguson menyajikan sari pati sukses pelayan terlama di Liga Inggris. Saat ini, tinggal Arsene Wenger atau Jose Mourinho yang berpeluang paling dekat menyamai kelegendaan Fergie. Tapi, sejarah tak akan bisa diulang. Sejarah yang kuncinya ada pada, sebagaimana judul buku Jennie S. Bev lainnya, bagaimana membentuk Mindset Sukses dalam diri kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published.