Notice: Undefined index: host in /home/jojr5479/public_html/wp-content/plugins/wonderm00ns-simple-facebook-open-graph-tags/public/class-webdados-fb-open-graph-public.php on line 1020
Liputan ini bermaksud menunjukkan proses gerhana matahari di Jakarta dan bagaimana penduduk Jakarta begitu antusias menyambut fenomena alam itu. Sayang, kurang dieksplorasi detail-detailnya.
Mia Chiara, Irwin Syahputra, Elma Adisya, Riani Angel, dan Padrepio Bailey Van Gaguk bersama-sama meliput gerhana matahari di Jakarta. Angle atau sudut berita yang mereka ambil yakni bagaimana antusiasme warga Jakarta memburu peristiwa alam nan langka ini. Karena itu, mereka rela berangkat subuh menuju Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Kemenangan dramatis 4-3 Liverpool atas Borussia Dortmund menjadikan partai ini sebagai salah satu laga dalam sepakbola internasional yang akan dikenang dan banyak diceritakan pada banyak generasi.
http://www.youtube.com/watch?v=KZRioL7nvCY
Para pendukung Liverpool sudah setengah frustrasi saat mereka hanya butuh hasil imbang tanpa gol, tapi justru ketinggalan 0-2 di Stadion Anfield, 14 April 2016, tepat sehari sebelum peringatan tragedi Hillsbourough ke-27.
Artikel ini dimuat di http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2016/03/31/100936/3176451/425/sepakbola-timor-leste-yang-semakin-menggeliat?a991101mainnews
Liga Futebol Amadora menjadi tonggak sejarah kelahiran kompetisi sepakbola profesional Timor Leste. Beberapa ‘marquee player’ didatangkan dari negara tetangga yang sedang ‘mati suri’.
Dua bulan di awal 2000-an, untuk sebuah kegiatan sosial, saya terdampar di sebuah desa di ujung timur Timor Leste. Di Kampung Baduro, salah satu pelosok Distrik Lautem, tak ada hiburan modern yang dapat dinikmati warga. Tak ada listrik –tentu jangan bicara televisi dan internet, pun tak ada bahan bacaan rutin. Angkutan pedesaan menuju Lospalos, ibukota distrik yang berjarak 1,5 jam perjalanan, hanya hadir sekali sehari.
Pindah kerja dari perusahaan satu ke perusahaan lainnya memang menjadi hal lumrah dalam dunia bisnis. Namun, jika frekuensinya terlalu sering tentu kurang baik.
Halaman 38 Kompas hari ini menampilkan tulisan dengan judul di atas. Biasanya, suplemen Klasika dari halaman 33 sampai 38 ini menjadi bagian koran yang rawan dibuang, atau jadi ganjel lemari. Seapesnya, kalau ada pilihan dari mana dulu membaca tiga bendel Kompas: bendel cover, bendel ekbis & olahraganya, atau bendel Klasika, maka bendel yang terakhir jadi pilihan paling akhir.
Tapi, judul ‘Empat Pertimbangan Sebelum Pindah Kerja’ menjadi daya tarik alias ‘stopping power’ tersendiri. Meski setelah dicari ke mbah Google, ternyata artikel di Kompas itu bukan baru-baru amat. Hasil daur ulang tulisan serupa dua tahun silam, dengan modifikasi judul, dari semula ‘Empat Pertimbangan Sebelum Menerima Pekerjaan’.
Artikel ini dimuat di http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2016/02/29/132552/3153687/425/erangan-sepakbola-tangerang
Sebagai satelit ibukota, sepakbola Tangerang punya riwayat panjang. Kini, belum jelas kapan mereka bangun dari tidur panjangnya.
Bayu Guntoro, 23 tahun, tak lagi banyak menyepak bola. Sebagai penyerang Persita Tangerang, Bayu justru membanting kemudi aktivitasnya dari Stadion Benteng ke spot lain di tepian kali Cisadane. Pemilik nomor punggung 93 dan 24 ini beralih profesi menjadi wirausahawan. Ia menjajakan jaket sport dan sepatu casual di lapak yang buka sore hingga malam menjelang. Continue reading “Erangan Sepakbola Tangerang”
Transcendence (2014), film yang bercerita dari berbagai aspek: teknologi, futuristik, hubungan suami-isteri satu profesi, dan ada pula perspektif kehidupan setelah kematian.
Seorang jurnalis, atau siapa saja yang ingin terus mengembangkan pikirannya, disarankan untuk rajin nonton film. Tentu bukan sembarang film, tapi sinema yang mampu mengasah logika dan rasa.
Mungkin saya terlambat menyaksikan Transcendence, film produksi Alcon Entertainment dan didistribusikan Warner Bross. Thank’s untuk teknologi HBO on Demand pada Indihome Useetv yang memungkinkan dapat menikmati film berdurasi hampir dua jam ini.
Tempo mem-PHK satu korespondennya. Berdalih bukan pemecatan, karena menurut manajemen, koresponden bukan karyawan. Lha?
Cunding Levi, jurnalis Papua. Didepak setelah 15 tahun mengabdi untuk Tempo.
Persoalan yang menampilkan derita antara koresponden –sering juga disebut kontributor atau stringer- dengan manajemen perusahaan media kembali menyeruak ke permukaan. Pemicunya, pemutusan hubungan kerja sepihak koresponden Tempo di Jayapura Cunding Levi.
Tak tanggung-tanggung, Serikat Pekerja Koresponden Tempo (Sepak@t) Indonesia, melaporkan Tempo kepada Menteri Tenaga Kerja karena pemilik nama lengkap Syamsudin Levi Lazore dengan masa kerja 15 tahun ini tak mendapat penghargaan yang pantas seperti pesangon.
Cunding Levi dipecat pada 1 Desember 2015 lewat surat Dewan Eksekutif Tempo Nomor : 002/SK-KORESP/XI/15 yang ditandatangani Pimpinan Redaksi Gendur Sudarsono. Dalam surat itu, Tempo beralasan memecat Cunding karena adanya pembenahan sumber daya manusia. Pemecatan itu tanpa didahului pemberitahuan, surat peringatan maupun pesangon.
completely at http://urbanlife.mindanaogoldstardaily.com/running-for-office-how-social-media-can-help-you-win/
BY: Irene Aserios
The official campaign season for the May 9, 2016 presidential polls has finally begun! Soon, the local campaigns will also begin. Are you one of the candidates this 2016 elections? Whether you’re a veteran or a newbie candidate and whether you’re gunning for a national or local seat, you need to adapt to the ever-changing landscape. This includes learning and implementing popular yet often misused and under-utilized social media strategies.
Artikel ini dimuat di http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2016/02/12/135043/3140467/425/gelisahnya-garis-keras-yogya
PSIM adalah sebuah sejarah. Big history. Dan anak-anak muda itu tak ingin mendengar Laskar Brajamusti hanya sebagai ‘his story’.
Ruangan berukuran separuh lapangan badminton itu ada di kawasan Sagan. Sedikit nyempil dari keriuhan Yogyakarta yang kian padat dengan hotel, kafe, dan sampah reklame. Beberapa anak muda rajin bersekutu di situ. Mereka ‘mengoplos’ aneka topik sepakbola nasional, berbincang riang tentang masa lalu yang masih diyakini kembali bangkit di masa datang. Mereka anak-anak muda yang merindukan kebangkitan PSIM Yogyakarta sebagai salah satu ikon sepakbola nasional.